AKTIFIS CUMLAUDE? WHY NOT?

Sebagai lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negri Yogyakarta (FISE UNY) yang diyudisium periode Febuari 2011(28/2)oleh Dekan FISE UNY,  Ayub, Fajar dan Danu yang merupakan lulusan dengan predikat Cumlaude atau Dengan Pujian akhirnya berhasil merubah paradigma yang ditantangkan oleh Sardiman, AM.M.Pd Dekan FISE UNY. “Mampukan lulusan FISE UNY, yang berjumlah 35 mahasiswa ini merubah paradigma hubungan korelasi antara aktifis dengan IPK yang tidak bisa maksimal?” tantang Sardiman. Sardiman pun juga menyampaikan bahwa diluar sana seolah-olah menjadi paradigma umum, bahwa seorang aktifis biasanya prestasi akademiknya tidak selancar organisasinya.
Hal ini ingin dibuktikan oleh Ayub Prasetyo (IPK 3,64), Fajar Nurhasanah (IPK 3,60) dan Danu Eko Agustinova (IPK 3,53). Ketiganya yang merupakan aktifis di berbagai organisasi di FISE UNY ini bisa membuktikan kepada khalayak bahwa mereka organisasi jalan terus dan presetasi pun tak pernah putus. Seperti Ayub misalnya, yang pernah menduduki jabatan staff litbang di Himpunan Mahasiswa Sejarah (HMPS) FISE UNY periode 2009 dan bekerja paruh waktu sebagai penyuluh agama no nip (honorer) di Departemen Agama Kabupaten Gunung Kidul sejak tahun 2009 hingga sekarang. Begitu juga dengan Fajar, semasa kuliah sejak 2008 hingga 2010 bergabung dengan BEM FISE  dan HMPS, sedang mulai 2009 bergabung dengan UKM Pramuka, jabatan terakhir yang dia pegang menjadi bendahara BEM FISE UNY pada periode 2010. Sedangkan Danu diawal perkuliahan pun juga sudah aktif di berbagai organisasi seperti BEM FISE, UKMF Al-Islah dan HIMA HMPS. Bahkan sempat menjabat sebagai ketua HMPS tahun 2009. Selain itu juga mejabat sebagai Kadiv Jaringan Komunikasi (Jarkom) Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Indonesia (IKA HIMSI) untuk wilayah Jateng dan DIY. Tidak hanya aktif di kampus, Danu pun menjadi Ketua Karang Taruna “Taruna Bakti” di Krapyak, Dompyongan, Jogonalan, Klaten.
Dengan bergabung di berbagai organisasi tidak menjadikan mereka terlena untuk mengesampingkantugas utama meraka untuk belajar. Mereka mampu membuktikan kepada diri sendiri dan orang tua khususnya bahwa mereka tetap bertanggung jawab terhadap tugas utama mereka. Saat diwawancarai reporter website FISE mereka mengutarakan rahasia mereka. Ayub menyampaikan “Fokus tetap pada kuliah, meski ada kegiatan di luar harus tetap mengutamakan kuliah supaya IPK tetap terjaga dan waktu kuliah ” ujar Ayub berabgi kunci. Sedang Fajar mengatakan, “Prinsip saya adalah Lakukan apapun dengan sungguh-sungguh. Harus bisa membagi pikiran. Jiwa dan rasa disesuaikan dengan dimana kita berada, dan yang paling penting harus bisa membagi waktu seperti yang disampaikan dekan dalam sambutannya tadi” urai Fajar. Sedangkan Danu, selain menyepakati apa yang disampaikan teman-temannya dia menambahkan, “Seorang aktifis itu adalah teladan mahasiswa lain, harus ada sinkronisasi ketika menjadi aktifis harus mendukung kuliah, jika aktifitas kuliahnya menurun maka bisa dibilang mereka gagal sebagai aktifis.” Ungkap Danu.
Menjadi aktifis menurut ketiganya memberikan banyak manfaat ke diri mereka pribadi, seperti membangun jaringan, menambah rasa percaya diri, bisa mengenal dan menghadapi orang dengan berbagai karakter dan tentunyabanyak keahlian dan ilmu yang diajarakan di luar kuliah yang diajarkan di organisasi. Fajar juga menambahkan, “Menjadi aktifis jadi kenal dan dikenal pejabat mbak hahaha…” guraunya. Selain itu mereka berpesan kepada para aktifis yang belum menyelesaikan studinya, Danu mengingatkan bahwa tidaka ada keberhasilan tanpa pengorbanan untuk itu harus tegas dan pasti dalam menentukan masa depan. Selain itu dari apa yang kita lakukan, manfaat akan dirasakan saat berada langsung di tengah masyarakat dengan semua realita yang ada, “Dan juga yakinlah bahwa setiap pekerjaan tidak ada yang sia-sia.” Tambah Danu. Sedang Fajar berpesan untuk selalu menganggap teman-teman dalam organisasi itu sebagai keluarga  untuk itu jalinlah komunikasi cultural yang tidak hanya terjadi dalam organisasi tetapi juga di luar urusan organisasi. Sedangkan Ayub membagi motto hidupnya, “Orang besar selalu berfikir apa yang kamu hasilkan hari ini. Jadi setiap hari kita harus menghasilkan sesuatu. Prinsipnya kita harus bekerja dan berusaha kapan pun dan dimanapun kita berada.” Urai Ayub berbagi cerita. Semoga aktifis-aktifis yang belum menyelesaikan studi bisa termotivasi oleh ketiga aktifis tersebut. (Sari)