AKTIFIS PLUS BERBISNIS

Namanya Azwan. Lengkapnya Azwan Nurkholis. Kulitnya sawo matang, dengan rambut pendek. Sedkit acak-acakan. Anak kedua dari tiga bersudara ini lahir di Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat pada tanggal 29 Juni, 22 tahun yang lalu. Seperti halnya pemuda asal Sumbawa lainnya, ia juga pandai mengendarai kuda. Keterampilan wajib anak Sumbawa. Terhitung sebanyak dua kali ia pernah memperlihatkan kepiawaiannya mengendarai kuda di depan para mahasiswa baru.
Azwan menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Yogyakarta pada tahun 2007. Ia diterima di jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta (FISE UNY) lewat jalur Penelusuran Bibit Unggul Daerah (PBUD).
Semenjak awal kuliah Azwan telah rajin menggeluti dunia organisasi kemahasiswaan. Awalnya menjadi staf departemen Kederisasi UKMF Al Ishlah FISE UNY. Perlahan tapi pasti, karir organisasinya semakin meningkat.  Menanjak. Mulai dari tingkat jurusan hingga fakultas.
Pernah pula ia menjadi Master of Ceremony (MC) di Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK) FISE UNY pada tahun 2008. Dan ditahun berikutnya, “naik jenjang” menjadi MC OSPEK di tingkat universitas. Tidak hanya itu saja, Azwan juga dikenal sebagai orator di tiap aksi demonstrasi mahasiswa. Suaranya yang lantang menjadi senjata pamungkas untuk menyuarakan aspirasi rakyat. Di tiap kali orasi tak lupa ia selalu mengutip kata-kata Sukarno. Tokoh founding fathers yang menjadi idolanya.
Puncak karir organisasinya di tingkat kampus terjadi pada tahun 2010. Melalui mekanisme Pemilihan Mahasiswa (Pemilwa), Azwan terpilih secara mayoritas untuk memimpin BEM FISE UNY. Selama di BEM FISE UNY, ia telah menjalankan lebih dari tiga puluh program kerja.
Semasa aktif di organisasi kemahasiswaan (ormawa) ia mendapat banyak pengalaman berharga. Pengalaman yang ternyata turut membentuk sikap dan mentalnya. Misalnya saja keberanian, kemandirian, dan sikap kritis.
Menggeluti dunia bisnis
Baginya, saat ini banyak anggapan salah di masyarakat bahwa aktifis identik dengan aksi demonstrasi semata. Bahkan cenderung anarkis. Berawal dari keprihatinannya tentang salah anggapan itu, maka ia mulai menggeluti dunia bisnis. Konsep bisnis, yang ia garap bersama lima rekannya, dengan judul “Es Aktifis Rasa Pergerakan, Cap Merah” mampu lolos Program Kreatifitas Mahasiswa-Kewirausahaan (PKM-K). Dan mendapat bantuan dana sekitar 6-8 juta dari Dikti Kemendiknas untuk direalisasikan.
“Melalui konsep bisnis ini, saya berharap bahwa masyarakat tidak lagi menganggap “negatif” para aktifis”, ujarnya.
“Konsep dasarnya membuat sebuah tempat yang representatif untuk diskusi para mahasiswa. Di gerainya nanti akan disediakan perpustakaan mini, dan ada agenda diskusi rutin. Ini ditujukan juga untuk memperkuat kultur membaca dan berdiskusi di kalangan mahasiswa”, tambahnya.
Azwan memang mengandalkan brand untuk mendukung bisnisnya ini. Penggunaan warna “merah” yang dianggap sebagai simbol perlawanan, ia beri variasi. Nama “Es Merah” ia jadikan akronim dari “Murah, Enak, Rame, Asik, Hidup Mahasiswa!” Memenuhi unsur marketing, tetapi tidak menanggalkan substansi. Brand ini ia harapkan mampu mengubah paradigma masyarakat terhadap aktifis mahasiswa.
Menurutnya, dengan menggeluti dunia bisnis bukan berarti akan menghilangkan “jiwa idealis”. Tetapi bisnis dipandang sebagai sebuah upaya untuk lebih mengoptimalkan gerakan sosial yang dibangun. Jalur bisnis dapat digunakan untuk membuka lapangan kerja, sehingga dapat memberdayakan masyarakat.
Dengan berwirausaha pun tak seharusnya menurunkan sikap kritis. Alasan sibuk mengurus bisnis tidak bisa dijadikan dalih untuk lepas dari kegiatan organisasi sosial. “Khittah sebagai seorang aktifis harus tetap terjaga walaupun menggeluti bisnis”, ujar mahasiswa yang juga menjadi Wakil Ketua Keluarga Mahasiswa Sumbawa ini.
Azwan menilai bahwa ke depan akan terjadi tren “aktifis plus-plus”. Aktifis yang tidak hanya terjebak pada ruang perlawanan semata, tetapi juga mengembangkan kapasitas di bidang lainnya. Aktifis yang kritis dan idealis, tapi tetap realistis. Aktifis yang memberdayakan masyarakat. Aktifis plus berbisnis, bisa menjadi batu lompatan tren ini.
[triyanto]