BISIK#3 ILKOM, WIBU DAN KPOP HOBBY YANG DATANGKAN REJEKI

Laboratorium Komunikasi dan Media (LKM) Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) menyelenggarakan Bincang Asik atau Bisik ke-3 dengan tema “Mengintip Aktivitas Fandom Wibu Vs Kpopoers” pada hari Kamis (15/10) pukul 19.00 WIB melalui virtual meeting Zoom. Acara ini diikuti sebanyak 186 peserta dan memecah rekor terbanyak selama diadakannya acara Bisik. Acara ini bersifat umum dan tidak dipungut biaya. Acara ini dimoderatori oleh Syarifah Nur Aini selaku anggota LKM sedangkan pemantik dalam acara ini ada Awanis Akalili S.I.P, M.A. (Dosen Ilmu Komunikasi FIS UNY) dan Ardy Pratama S.Pd, M.Pd. (Founder FanSub Awsubs).
Pemaparan pertama diisi oleh Ardy membahas tentang per-wibuan. Kata wibu sendiri, telah mengalami pergeseran makna. Wibu pada mulanya adalah istilah untuk mengejek orang-orang yang bukan orang Jepang namun ingin menjadi orang jepang.  Kalau penyebutan wibu saat ini, lebih identik dengan orang-orang yang fanatik terhadap anime atau kartun dan lagu yang berbahasa jepang.
Setelah itu aktivitas wibu di Indonesia sangat banyak. Ada festival yang didalamnya terdapat kegiatan cosplay, lomba menggambar manga bahkan foodcourt yang menjual makanan khas Jepang. Biasanya para wibu memiliki grup sosial media tersendiri. Di dalam grup tersebut juga mengadakan gathering. Acara gathering ini menjadi agenda mingguan ataupun bulanan tergantung oleh anggotanya. Di acara tersebut para wibu berdiskusi tentang anime yang mereka tonton atau sharing koleksi sampai spoiler.
Wibu juga memiliki banyak ide kreatif untuk mengembangkan minat dan bakatnya. Ada yang membuat merchandise anime-anime baik berupa jaket, kaos ataupun mug. Ada juga yang menjadi influencer dan youtuber. Ada juga yang membuka jasa tour and travel contohnya Ardy. “Kenapa bikin agen travel? Karena saya memang berkeinginan ke jepang tapi saya itu pingin ke jepang gak pingin bayar. Akhirnya bikin travel aja dimana nanti saya dibayari dengan peserta dan kita jalan-jalan di jepang bareng.” Ujar Ardy. Jadi, karena kecintaan mereka akan jepang membuat para wibu ini bisa menghidupi diri mereka sendri. Jangan salah, wibu juga banyak kerjaan dan enggak gabut ya!
Setelah sharing sedikit dari Ardy, dilanjutkan oleh Anis tentang kegiatan kpopers. Dalam pemaparannya Anis membahas tentang fandom yang memiliki kepanjangan fans kingdome? Menurut John Fiske produktivitas dan partisipasi fans itu ada tiga tingkatan yaitu semiotic productivity, enunciative productivity, dan textual productivity. Yang pertama, semiotic productivity membangun makna siapa “saya”? Contohnya para fans akan membeli produk-produk yang digunakan atau yang dipromosikan oleh idola mereka. “Saya” sebagai fans kpopers bangga menggunakan sesuatu yang serupa digunakan oleh idol saya. Yang kedua, enunciative productivity. Dalam kpopers terdapat diksi-diksi yang hanya diketahui oleh para kpopers. Contohnya sasaeng, bias is mine, noona, dan masih banyak lagi. Ditahap ini juga seperti para wibu, kpopers juga membuat fanart ataupun fanfiction yang kemudian dapat diperjualbelikan. Sama halnya dengan para wibu, para kpopers jika ingin berkarya dan melakukan ide kreatif, mereka dapat mendapatkan pundi-pundi uang sekaligus menjalani hobi yang mereka punya.
Dalam sesi diskusi terdapat topik yang sangat menarik perhatian. Sebagai wibu dan kpopers, seringkali mereka di pandang sebelah mata di mata masyarakat. Seperti sudah dewasa kok suka kpop, menghabiskan waktu saja nonton anime dan kalimat-kalimat lain yang tidak mendukung hobi mereka. Padahal sebagai wibu dan kpopers, bisa menjadikan mereka memiliki uang tambahan ataupun menjadi bahan tulisan seperti yang dilakukan Anis. Jadi, sebagai wibu dan kpopers jangan berkecil hati, tetaplah semangat melakukan hobi kalian dan juga jangan lupa untuk berkarya. (Az-Zhd/Sari)