Buka Bersama Pimpinan dan Forkom FISE UNY

Kamis, (2/9) Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta (FISE UNY) mengadakan Buka Bersama Pimpinan dan Forum Komunikasi (Forkom) bertempat di Bumbu Desa Restoran. Acara yang dihadiri Pimpinan FISE UNY antara lain Dekan, PD I, Ka. KHPP UNY, Sekretaris Senat, Ka. KKHP, Kabag/Kasubag serta wartawan media cetak dan elektronik yang tergabung dalam Forkom FISE UNY. Sebagai pengantar disampaikan pemandu acara Dra. Lena Satlita, M.Si.  Ka. KHPP UNY menyoal tentang  kegiatan Dies,  pendidikan karakter  serta makna  silaturohmi wartawan.  

Sebelum diskusi dimulai, Dekan FISE UNY, Sardiman AM., M.Pd menyampaikan berbagai hal menyangkut kegiatan-kegiatan di FISE UNY. Diantaranya bahwa FISE saat ini telah membuat Laboratorium Outdoor IPS di Situs candi Kraton Ratu Boko. Selain itu upacara Dies Natalis FISE ke-45 yang seharusnya dirayakan pada 14 September 2010 namun akan  dilaksanakan pada 18 September 2010 bersamaan dengan kegiatan Syawalan keluarga besar FISE UNY. Pada saat upacara Dies Dekan akan menyampaikan pidato pertanggungjawaban Dekan, pada moment tersebut akan dilaunching pula penyelenggaraan pendidikan karakter di FISE mulai  tahun akademik 2010/2011 . 

Sardiman menyampaikan, "Sebetulnya, FISE selalu berbicara pendidikan karakter sejak sekitar lima tahun terakhir ini dengan perspektif yang berbeda. Pada masa rektor UNY Prof. Dr. Johar, MS. pembicaraan pendidikan karakter dikemas dalam perspektif budaya. Masa jabatan  Prof. Suyanto, PhD dalam perspektif kebangsaan, selanjutnya Rektor UNY Prof. Prof. Dr. Sugeng Mardiyanto,Ph.D bahwa  esensi pendidikan karakter dikemas dalam perspektif karakter." urai Sardiman. Namun, sampai sekarang nampaknya belum terlihat hasilnya, oleh karena itu berawal dari hal tersebut, muncul pemikiran baru dari Dekan FISE, apakah tidak lebih baik pendidikan karakter diselenggarakan dalam perkuliahan. Sehingga FISE melakukan sosialisasi dengan tim pengembangannya, membuat pedoman pembelajaran karakter dan pelatihan mengajar. Pembelajaran dilakukan 20% teori (aspek akademis) dan 80% non teori (diskusi, refleksi, penilaian diri dan komitmen bersama). Terakhir sebelum dilanjutkan dengan diskusi, Sardiman menyimpulkan bahwa  pendidikan yang sesungguhnya adalah pendidikan karakter.

Selanjutnya forum komunikasi dilanjutkan dengan diskusi. Yang menarik dalam diskusi antara lain pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut masalah teknis pembelajaran karakter, hambatan-hambatan yang kemungkinan terjadi, serta bagaimana konsep kebangsaan dibangun. Dalam penjelasannya, Dekan mengatakan bahwa teknik pembelajaran banyak didukung oleh permainan dan media, dan disertai pula dengan penilaian diri dan teman. Pada akhir pembelajaran, ada kesepakatan aspek-aspek yang harus dilakukan dalam perilaku akademis maupun non akademis. 

Terkait dengan hambatan tentunya ada, yang paling dominan adalah faktor media massa. Oleh karena itu dijelaskan pula bahwa keberhasilan pendidikan karakter selain butuh keteladanan, harus diimbangi pula dengan lingkungan yang kondusif. Dalam membangun kebangsaan, perlu dibangun kepercayaan diri melalui kebanggaan dalam kepemilikan budaya lokal/budaya bangsa. Pertemuan diakhiri dengan buka bersama dan bincang-bincang. (Rosi)