BUKBER FIS, KAJI SYAFA’AT AL- QUR’AN

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogayakrta (FIS UNY) menggelar buka bersama seluruh keluarga besarnya, kemarin Rabu (15/6) di Ruang Ki Hadjar Dewantara FIS UNY. Acara yang dihadiri oleh Dosen, Karyawan dan Mahasiswa tersebut, diisi oleh Ustadz Hilmi dari Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN SUKA). Dalam kesempatan tersebut USt. Hilmi menyampaikan tentang Al- Qur’an dan syafaatnya bagi umat manusia.
Dalam sambutannya Dekan FIS UNY, Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag menyampaikan bahwa dalam bulan Ramadhan oleh beberapa tabi’in disampaikan bahwa dalam 10 hari awal Ramadhan adalah berkah, 10 hari di pertengahan adalah ampunan dan 10 hari terakhir puasa di bulan ramadhan adalah ampunan dari siksa api neraka. Hal ini mungkin dimaksudkan para tabi’in bahwa puasa di bulan ramadhan itu seperti anak tangga yang semakin ke atas semakin berat.  Dekan juga berharap “Dengan mengikuti kajian yang disampaikan oleh Ust. Hilmi, semoga kita bisa mengetahui syafaat Al- Qur’an bagi kita semua. Aamiin”. ungkapnya mengakhiri sambutan.
Dalam kajiannya Ust. Hilmi menyampaikan para pencari pencari syafaat Al-Qur’an itu dibagi menjadi beberapa golongan. Internal dan eksternal menurutnya. Untuk golongan internal dibagi menjadi menjadi 2 kelompok. Kaum internal  kelompok 1, membaca alquran secara kontekstual.  Masyarakat  Jawa misalnya, mereka biasa menjaga tradisi membaca alquran, merasa membaca alquran memberikan syafaat bagi manusia, misalnya pada acara mitoni akan dibacakan 7 surat agar keinginan terkabul dan bagi yang mau meninggal dibacakan surat yasiin diyakini akan memudahkan nyawa dicabut dr tubuh dan memudahkan dalam perjalanan ruh menuju alam selanjutnya. Golongan  internal kelompok 2, membaca Al-Qur’an secara akademis. Secara kefasihan tidak terlalu tetapi lebih pada membaca  apa fungsi Al- Qur’an, tujuan Al- Qur’an diturunkan, dan atau makna dari masing – masing  ayat.
Sedangkan pembaca Al quran secara eksternal yang pertama adalah mereka yang membaca Al- Qur’an dgn memperhatikan nada, seperti pada qory ataupun qoriah. Meraka merasa, membaca Al- Qur’an dengan nada-nada yang indah maka akan mendapatkan syafa’at dari Al-Quran tersebut. Kelompok ke 2, dari golongan eksternal adalah mereka yang membaca Al- Qur’an secara cara pembacaan yang lebih tepat, panjang dan pendeknya dan cara pengucapan yang benar seperti apa? Mereka meyakini akan mendapat syafaat dengan cara tersebut. Kelompok ke3 dari golongan eksternal adalah membaca Al- Qur’an dengan cara mistis. Contohnya mereka yang membaca Al- Qur’an dgn cara dibalik, dibaca dari belakang, atau percaya untuk dengan membaca Al- Qur’an dengan surat – surat  tertentu dan jumlah tertentu yang harus diamalkan, bisa menolak bala atau mendapat sesuatu yang diinginkan.
Hilmi menyampaikan, “Semua golongan  yang melakukan hal tersebut, membaca Al- Qur’an sesuai dengan keyakinan mereka masing – masing karena menganggap Al- Qur’an sebagai syafiit baik di dunia maupun di akhirat kelak.”  Menurut Hilmi, yang terpenting dari itu semua adalah “Sejauh mana kita membaca Al- Qur’an? Apakah di sisi internal sesuai kontekstual? Apakah sudah memahami maknanya? Berapa juz kah kita sudah membaca Al- Qur’an sampai dengan pertengahan puasa ini? Jika sudah banyak juz yang dibaca, sejauh mana kita memahami isi dari Al- Qur’an? Mari kita berintrospeksi bersama.” ajak Ust. Hilmi mengakhiri tauziahnya. Semangat ramadhan dan semangat Al- Qur’an adalah utk memberikan kebaikan, saling mengasihi dan menghormati satu sama lain. Rohmatan lil alamin.. (sari)