COKLAT HERBAL INDONESIA, COKLAT SEHAT OLAHAN DARI PRODUK PETANI LOKAL

Luas lahan potensial untuk pengembangan kakao di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebesar 4.500 ha, dengan jumlah produksi terbesar di Gunung Kidul dan Kulonprogo akan tetapi para petani belum dapat mengolah buah kakao sehingga mereka memilih untuk menjual buah kakao mentah dengan harga yang relatif murah kepada para pengepul untuk diekspor ke luar negeri. Olahan coklat tersebut pada akhirnya dijual kembali ke dalam negeri dengan harga yang lebih tinggi. Mirisnya, banyak produk olahan coklat yang kurang mempedulikan kesehatan konsumennya. Melihat kondisi ini, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) yang terdiri dari Dayinta Ratna Andaru (Ilmu Administrasi Negara), Nia Aldina Hapsari (Ilmu Administrasi Negara), Ika Fatmasari (Ilmu Administrasi Negara), Dika Ananda Putri (Pendidikan Geografi), Laras Andar Susanti (Pendidikan Geografi) terdorong  membuat terobosan baru produk olahan coklat dengan memperhatikan kesehatan tubuh yaitu COBAIN (Coklat Herbal Indonesia). 

Dayinta menjelaskan bahwa COBAIN merupakan coklat yang diolah dengan menggunakan rempah-rempah alami. Bahan baku utama dari COBAIN adalah bubuk kakao, jahe emprit, gula semut, dan gula pasir yang berasal dari para petani atau produsen lokal, sebagai bentuk kegiatan sosial dalam rangka mewujudkan petani yang sejahtera. Persiapan bahan baku meliputi survei supplier untuk mendapatkan dengan harga termurah dan kualitas yang sesuai bagi konsumen. Produk ini diharapkan dapat menjadi alternatif minuman sehat bagi masyarakat dan berdampak positif bagi keberlangsungan perekonomian petani atau produsen lokal di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara tersebut menambahkan kegiatan ini merupakan bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Kewirausahaan. Usaha ini menghasilkan produk COBAIN dalam kemasan kaleng dengan harga Rp 40.000,00 per 250 gram dan grosir dalam kemasan alumunium foil dengan harga Rp 85.000,00 per 1 kilogram. Harga tersebut berlaku untuk dua varian rasa yaitu rasa original dan jahe. “Pada kemasan produk tercantum data komposisi dimana seluruh bahan yang dipakai bersifat alami. Hal itu menjadi keunggulan karena coklat herbal ini merupakan satu-satunya produk coklat bubuk yang berbahan baku 100% alami, ditambah adanya varian rasa rempah jahe dan kemasan kaleng yang eksklusif sehingga membuat konsumen tertarik” imbuhnya

Lanjut Dayinta, cara pengolahan coklat herbal ini dilakukan dengan mencampurkan seluruh bahan, terdiri dari bubuk kakao, gula, dan ekstrak jahe. Pembuatan ekstrak jahe dilakukan dengan cara menghaluskan jahe yang telah dipotong berbentuk dadu bersama air mineral, kemudian lumatan jahe tersebut disaring dan airnya dituang ke dalam gula yang sedang dipanaskan di atas kompor. Ekstrak jahe tersebut akan diikat oleh gula selama proses pemanasan. Setelah bubuk kakao dan bahan lainnya dicampur, adonan tersebut ditimbang dan dikemas ke dalam kemasan.

“Survei pasar pada usaha ini dilakukan melalui media sosial facebook pada halaman wawasan pemirsa dimana peminat minuman coklat paling tinggi adalah kaum perempuan yaitu sebanyak 84% yang cenderung berusia 18-24 tahun. Selain itu, pemasaran usaha juga memanfaatkan media sosial yaitu facebook, instagram, dan blog website. Usaha ini menjalin mitra dengan toko Indomaret dan dipasarkan di 46 cabang Indomaret wilayah Yogyakarta. Promosi dilakukan sejak Bulan April 2017. Pada bulan tersebut juga dilakukan tes pasar dan terdapat masalah produksi.” paparnya (Eko)