DISKUSI FISTRANS INSTITUTE: PENDEKATAN BARU ILMU SOSIAL DALAM MEMAHAMI INDONESIA KONTEMPORER

Pendekatan baru tentang institusi muncul sebagai respon atas pendekatan perilaku dan rasional yang menganggap perilaku individu adalah otonom dan tidak dipengaruhi oleh faktor dari luar. Alasan sosio-psikologis dalam pendekatan perilaku dan pilihan rasional dalam pendekatan rasional diasumsikan menjadi penggerak individu untuk melakukan sebuah tindakan. Pemahaman ini mulai bergeser di tahun 1980-an karena banyak fakta menunjukkan bahwa alasan tindakan politik individu justru muncul karena perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor-faktor luar (eksogen) yang ada di masyarakatnya. Demikian diungkapkan Dwi Harsono, MPA, MA dalam acara diskusi bulanan Forum Ilmu Sosial Transformatif (FISTRANS) Institute, Selasa (28/2) di ruang Ki Hajar Dewantara Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY). Diskusi dengan tema “Pendekatan Baru Ilmu Sosial Dalam Memahami Indonesia Kontemporer” tersebut dihadiri Dekan, Wakil Dekan, Dosen, dan mahasiswa di lingkungan FIS UNY.

Lanjut Dwi Harsono, analisis atas perilaku tidak hanya dilakukan pada level individu tapi bisa juga dilakukan terhadap organisasi maupun kebijakan yang dikeluarkan oleh organisasi tersebut. “Ruang lingkup analisis bukan hanya konteks (context) tapi juga tindakan (conduct) yang dilakukan sehingga ketika individu tersebut adalah aktor pembuat keputusan pada tingkat elit negara maka analisis bergeser ke level Negara. Konsekuensinya, struktur Negara menjadi alat yang dapat digunakan oleh individu untuk mempengaruhi perilaku masyarakat melalui penggunaan institusi (rules and regulations)” jelas Dosen Prodi Ilmu Administrasi Negara FIS UNY tersebut.

Pada kesempatan yang sama, M. Najib Asca, Ph.D berbicara masalah Passionate Politics: Pendekatan Baru dalam Studi Gerakan Sosial. “Pendekatan passionate politics merupakan kritik dan menjadi alternatif terhadap pendekatan hegemonik dalam studi gerakan sosial: struktural dan rasional” papar Dosen Fisipol Universitas Gajah Mada (UGM) di depan ratusan peserta diskusi. Najib menambahkan studi gerakan sosial sebagai salah satu cabang sosiologi yang yang paling menarik dan dinamis dewasa ini karena menyediakan framework teoritis dan empiris untuk memahami aneka isu sosial kontemporer seperti: feminisme, hak-hak sipil, lingkungan hidup, media sosial, konflik komunal, hingga gerakan agama.
Melalui diskusi ilmiah yang digelar secara rutin tersebut, Dekan FIS UNY, Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag dalam sambutannya berharap agar kegiatan tersebut mampu menumbuhkan tradisi keilmuan di lingkungan akademisi FIS UNY. (Eko)