Enterprenuer Berbasis Riset

Ditemani gerimis yang turun, siang itu, Jumat (11/2) Eko Risqa Sari berbicara panjang lebar mengenai gagasannya tentang enterprenuership. Enterprenuership mulai marak dalam dunia pendidikan dalam dekade terakhir ini. Hal ini dipicu dengan semakin tinginya angka pengangguran yang bergelar sarjana, minimnya lapangan pekerjaan dan keadaan ekonomi Indonesia yang semakin sulit. Alternatif jalan keluar untuk mengatasi persoalan itu ialah menggenjot bidang wirausaha.

Berbasis riset dan penelitian
Mahasiswa jurusan Pendidikan Geografi ini menjelaskan bahwa trend dunia enterprenuer saat ini ialah technoenterprenuer dan juga entrepenuer berbasis riset dan penelitian. Banyak orang menggeluti dunia bisnis hanya bermodalkan feeling dan nekat. Memang ada beberapa yang berhasil dengan modal itu, tetapi tak sedikit pula yang berujung pada kegagalan. “Dalam memasuki dunia bisnis kita tidak bisa hanya mengandalkan feeling dan kenekatan semata. Dengan adanya riset dan penelitian terlebih dahulu, maka peluang kerugian dalam bisnis dapat diminimalisir”, ujarnya.

Lelaki berkacamata ini sangat menyayangkan bahwa penelitian yang ada selama ini sangat minim realisasi. Ia mengaku mendapatkan sebuah fakta dari sebuah forum yang beberapa waktu diikutinya,  bahwa dari seratus penelitian yang dihasilkan hanya lima sampai sepuluh yang bisa diaplikasikan di masyarakat termasuk dalam dunia enterprenuer. “Terkadang saya merasa bahwa hasil-hasil penelitian kita itu mubazir, karena sangat minim pemanfaatannya.”, ungkap mahasiswa yang memasuki semester ke VIII ini.

Eko –panggilan akrabnya- tidak hanya sekadar berwacana semata. Gagasannya tentang enterpenuer berbasis riset ini Ia wujudkan dalam sebuah usaha busana muslim, yaitu jilbab. Ia membuka out let di daerah Maguwo dan mengambil nama “Omah Jilbab”.

Awalnya Ia menemukan sebuah permasalahan sederhana bahwa kebanyakan jilbab yang ada di pasaran ternyata minim model dan inovasi. Selain itu berdasarkan riset yang Ia lakukan ternyata didapatkan kesimpulan bahwa daya beli masyarakat terhdapa jilbab juga berbeda-beda. “Tingkatan pelajar dan mahasiswa daya belinya hanya sekitar Rp. 30.000 sedangkan ibu-ibu rumah tangga berkisar antara Rp. 50.000,- ke atas.”, tuturnya. Dari situlah maka Ia kembangkan jilbab dengan model dan warna yang lebih variatif serta dengan produk yang disesuaikan dengan daya beli segmen pasar.

Organisasi berikan dampak
Mantan Ketua UKMF Screen FISE UNY ini mendapatkan banyak sekali manfaat dari keterlibatannya dalam organisasi kemahasiswaan. “Konsep dan implementasi enterprenuer berbasis riset ini banyak dipengaruhi oleh pengalaman dan ilmu yang saya dapatkan ketika aktif di UKMF Screen.”, ujarnya.  

Eko berharap bahwa sebagai mahasiswa agar tidak terjebak dalam ruang-ruang kuliah semata, tetapi juga harus mengembangkan diri dalam berbagai bidang. Menggeluti penelitian atau enterprenuer dapat menjadi salah satu cara yang efektif. “Selagi mahasiswa maka kita harus dapat memberikan kontribusi.”, tuturnya menutup pembicaraan siang itu. [triyanto]