FGD: KRISIS IDENTITAS DI ERA DIGITAL

Identitas adalah suatu ciri ciri atau tanda-tanda yang melekat pada diri seorang individu yang menjadi ciri khasnya. Identitas sering dihubungkan dengan atribut yang disematkan kepada individu yang memiliki sifat majemuk akan tetapi maraknya penggunaan media sosial menyebabkan terjadinya krisis identitas yang menerpa kalangan anak muda. Melihat fenomena tersebut, Divisi Penelitian dan Pengembangan (LITBANG) Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMAKOM) mengadakan Focus Grup Discussion (FGD) bertajuk “Krisis Identitas di Era Digital”. FGD dilaksanakan pada hari Selasa (18/09/18) di Parkiran PKM FIS UNY. Kegiatan ini merupakan diskusi ketiga dan merupakan agenda rutin yang dilaksanakan oleh LITBANG HIMAKOM sebagai upaya meningkatkan budaya diskusi dan meningkatkan sikap kritis di lingkungan mahasiswa Ilmu Komunikasi.

Diskusi yang dipimpin oleh Ainun Rahma selaku Kadiv LITBANG HIMAKOM tersebut menghadirkan Aliya Kinasih (Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2015) dan Vira Enjella (Wakil Ketua Perhumas Muda Yogyakarta 2018) sebagai pemantik diskusi. Aliya Kinasih mengatakan bahwa krisis identitas terjadi karena adanya peredaan dari sebuah dimensi-dimensi yang ada. Tiga dimensi itu antara lain realitas, relasi, dan idealitas. Dimensi realitas merupakan kondisi nyata dari seorang individu yang paling dia ketahui dan pahami. Dimensi relasi adalah kondisi dinamis dari individu yang memiliki “identitas” lain. Dimensi idealitas adalah suatu kondisi yang diharapkan seperti pihak lain yang dapat dipengaruhi oleh media sebagai representasi (tipe ideal, stereotype, chauvinisme) dan budaya populer, yang kedua adalah agama, sekolah, lingkungan masyarakat dan negara.

Vira menambahkan, krisis identitas terjadi pada suatu periode dimana adanya keinginan untuk berusaha mencari tahu, menyelidiki berbagai pilihan yang ada, dan aktif bertanya secara serius, untuk mencapai sebuah keputusan tentang tujuan-tujuan yang akan dicapai, nilai-nilai, dan keyakinan-keyakinan. Krisis identitas juga terjadi karena adanya tindakan imitasi dan identifikasi. Imitasi merupakan tindakan sosial meniru sikap, tindakan, tingkah laku, penampilan fisik seseorang secara berlebihan sedangkan identifikasi adalah kecendrungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Adanya sikap tersebut terkadang membuat masyarakat Indonesia menjadi yakin akan sebuah pemberitaan yang mengakibatkan terjerumus dalam arus ujaran kebencian dan hoaks.

Dari berbagai argumen yang muncul dalam diskusi tersebut, tawaran solusipun muncuL untuk mengatasi krisis identitas yang terjadi pada kalangan anak muda sekarang. Pertama, berusaha mengenali diri sendiri. Dengan mengenali pribadi masing-masing, kita akan tahu apa potensi dan bakat yang perlu kita gali sebagai suatu citra dan identitas yang kita miliki. Kedua, siap menerima perubahan. Era digital kini semakin massif, yang berarti bahwa perkembangan teknologi semakin cepat berubah. Perubahan tersebut pastinya memiliki dampak positif dan negatif. Sehingga kita sebagai generasi muda perlu menerima perubahan tersebut tetapi dengan memilah dan menyaring suatu teknologi yang dapat memberikan manfaat positif bagi kita. Ketiga, you are what you follow. Sekarang, apa yang kita ikuti itulah identitas dan cerminan kita. Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam mengikuti perkembangan suatu kegiatan atau seseorang karena apa yang orang lakukan dapat mempengaruhi tingkah laku kita dalam bertindak ke depan. (Harry/Eko)