FISTRANS KEMBANGKAN POTENSI AKADEMIK WARGA FIS UNY

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) membentuk sebuah forum dimana tujuannya untuk meningkatkan kualitas akademik warganya. Forum yang diberi nama FISTRANS merupakan singkatan dari Forum Ilmu Sosial Transformatif. FISTRANS Institute sendiri memiliki komunitas yang berasal dari dosen di lingkungan FIS UNY, para peneliti ilmu sosial, aktivis mahasiswa, BEM dan HIMA. Pada Jum’at (6/1) kemarin FISTRANS mengadakan kegiatan perdana yaitu Diskusi awal tahun yang digelar di ruang sidang Ki Hajar Dewantara FIS UNY. Diskusi ini menghadirkan pembicara Wakil Dekan I FIS UNY yang juga dosen jurusan PKnH FIS UNY, Cholisin, M.Si dan   Cahyo Pamungkas, MA., peneliti LIPI dan kandidat doctor di Redboud University Nijmejen, Belanda.
Ketua FISTRANS, Nasiwan, M.Si menjelaskan bahwa dalam diskusi tersebut nantinya  akan membahas/mendiskusikan ilmu sosial dari arah yang bersifat filosofis, pendekatan ilmu sosial, metode, subject matter sampai pada penerapan ilmu sosial atau kontribusi ilmu sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Direncanakan akan  ada 10 putaran diskusi selama satu tahun dengan menghadirkan tokoh-tokoh dari FIS UNY pada khususnya dan UNY pada umumnya yang tentunya juga akan didampingi oleh pembicara luar yang berkompeten dan ahli di bidangnya. Tujuan akhir dari diskusi ini diharapkan tidak hanya mengembangkan potensi akademis yang ada di FIS UNY tetapi juga akan menerbitkan buku tentang ilmu sosial transformatif.
Forum yang berada dibawah naungan Majelis Pengkajian Penelitian dan Penerapan Ilmu-Ilmu Sosial (MP3IS) ini mengawali diskusi perdananya dengan mengangkat tema “Problematika Ilmu Sosial : Negara, Pasar dan Peran Universitas. Dalam kesempatan tersebut Cahyo Pamungkas menyampaikan, "Peran universitas selalu berkembang pada jamannya. Seperti pada awal abad pertengahan universitasmenjadi tempat pengetahuan yang universal terkait dengan ideology agama tertentu.” ujar Cahyo. Selanjutnya Cahyo menjelaskan, “Setelah revolusi Perancis (1789), universitas mulai memperdebatkan unsur modernitas, rasional serta tradisionalisme. Sedangkan pada abad 19 universitas menjadi pusat studi dan sumber peletakan dasar-dasar kebudayaan nasional”. urai Cahyo didepan komunitas FISTRANS.
Sedangkan Cholisin, M.Si memaparkan bahwa saat ini peran universitas sesuai dengan karakteristikannya harus mampu memproduksi ilmu pengetahuan melalui penelitian yang dilakukan. Pengetahuan apa yang dihasilkan tentunya disesuaikan dengan nilai dan kepentingan masyarakat Indonesia. Nilai dan kepentingan masyarakat Indonesia yaitu nilai-nilai dasar Pancasila dan tujuan Negara yang seharusnya menjadi acuan dalam melahirkan ilmu-ilmu sosial di Indonesia. Cholisin juga mengungkapkan, “Di negara demokrasi Pancasila, yang ideal adalah masyarakat kewarganegaraan mampu mengendalikan Negara, dan Negara mampu mengendalikan pengusaha agar dalam menjalankan usaha/bisnisnya tetap berpijak pada moral dan menjalankan fungsi sosial.” Selain itu Cholisin juga menambahkan bahwa arah pengembangan ilmu-ilmu sosial yang dikembangkan di universitas diorientaskan pada nilai dan kepentingan/ideology demokrasi Pancasila tersebut. Sedangkan pendekatan ilmu-ilmu sosial yang dapat dipertimbangkan sebagai bahan mengkonstruksi adalah : transformative – emansipasif, kritis dan obyektif rasional. “ ujarnya.
Dekan FIS UNY, Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag sangat mendukung kegiatan ini. Hal ini dinyatakan dalam sambutannya saat membuka diskusi. “Forum diskusi ini semoga menjadi awal yang sangat baik, karena dengan forum ini diharapkan kita mampu member kontribusi untuk Negara dan bangsa khususnya pendidikan dengan kajian ilmu pengetahuan sosial.” Urainya. Prof. Ajat mengemukakan forum diskusi ini dijadikan sebagai ajang berbagi gagasan serta pemikiran. Sehingga fungsi pendidikan tinggi terutama FIS UNY menjadi signifikan dalam sumbangsihnya terhadap pemerintah dan masyarakat luas, terutama masyarakat dunia pendidikan tinggi. “Diharapkan dari forum ini akan ditemukan konsep dan ilmu yang jelas tentang IPS yang cocok dengan ke-Indonesiaan kita.” harapnya. (Sari)