GELIAT KEJUJURAN DI FISE UNY

Sekeranjang penuh roti dan donat tergeletak di kursi tunggu depan ruang kuliah lantai 2 gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE) UNY timur. Roti-roti itu bukan untuk dipajang, tetapi dijual. Hanya saja tanpa ada penunggunya.
Hanya secarik kertas yang berisi daftar harga. Dan pesan singkat “mungkin penjual tidak melihat, tapi Tuhan mahamelihat”. Ya, pemilik roti-roti itu hanya mengandalkan kejujuran dari para pembelinya.
 Semenjak beberapa bulan lalu, mahasiswa FISE telah akrab dengan usaha yang lebih dikenal dengan istilah “warung kejujuran” itu. Tanur Lubis, pemilik warung kejujuran “mirasantika”, mengatakan bahwa ada awalnya usaha yang dirintisnya itu merupakan tugas dari mata kuliah kewirausahaan.
“Pada awalnya merupakan tugas dari mata kuliah kewirausahaan pada semester III. Tetapi karena keuntungannya lumayan, maka saya memutuskan meneruskannya hingga sekarang”, ujar mahasiswa jurusan pendidikan IPS ini.
Kemudahan menjadi alasan utama banyaknya pembeli. Fibriani, mahasiswa jurusan pendidikan IPS angkatan 2009, mengakui bahwa adanya warung kejujuran sangat memudahkan mahasiswa. Terutama dalam membeli makanan untuk mengganjal perut di sela-sela waktu kuliah. “Memudahkan. Apalagi ketika pagi nggak sempat sarapan”, ujarnya.
Tantangan terbesar dari warung kejujuran ini terletak pada “kejujuran” itu sendiri. Resiko kerugian, misalnya saja roti atau uang yang dicuri, merupakan sebuah hal yang biasa dalam dunia bisnis. Bisa jadi, model warung kejujuran seperti ini merupakan sebuah “tes” bagi orang-orang sekitar. Soraya, salah seorang pembeli, mangatakan bahwa adanya warung kejujuran dapat menjadi parameter kejujuran sivitas akademika FISE UNY.
Tanur mengakui bahwa tidak ada rasa khawatir dalam dirinya menggeluti usaha warung kejujuran ini. Ia berkeyakinan bahwa masih ada nilai kejujuran yang ada dalam tiap nurani orang.
Pembentukan karakter
“Tujuan tidak  langsung kami, agar dapat membentuk karakter jujur dalam diri mahasiswa”, ungkap Tanur, mahasiswa angkatan 2009 ini. Karakter tak dapat dibentuk hanya melalui penyampaian teori di ruang kelas semata. Karakter lahir dari sebuah pembiasaan. Orang yang terbiasa jujur, maka dalam dirinya akan terbentuk karakter kejujuran.
Pembentukan karakter menjadi tantangan terbesar dalam dunia pendidikan. Hal ini didasarkan pada fungsi lembaga pendidikan yang tidak hanya sebagai tempat transfer of knowledge semata.
Menjawab tantangan itu, semenjak beberapa tahun terakhir, FISE UNY telah menggelorakan pendidikan karakter bagi mahasiswa. Bahkan pendidikan karakter menjadi mata kuliah wajib dalam kurikulum tahun 2009. Selain itu, untuk mendukung wacana ini diadakan pula beberapa kali seminar pendidikan karakter. Adanya warung kejujuran –yang dimotori oleh mahasiswa- menjadi indikasi jelas geliat FISE UNY dalam pembentukan karakter. [triyanto]