KRITISI TENTANG MUSEUM DI YOGYAKARTA, DUA MAHASISWA PENDIDIKAN SEJARAH FIS UNY RAIH DUA PENGHARGAAN DI UNNES

Museum merupakan salah satu tempat yang menjadi sarana belajar, sarana hiburan, objek wisata, sumber sejarah, dan masih banyak lagi fungsinya. Namun sampai saat ini museum masih menjadi objek yang sangat menyeramkan bahkan sepi dikunjungi wisatawan. Hal ini sangat memprihatinkan bagi beberapa pihak karena museum yang seharusnya menjadi objek keilmuan tetapi dibiarkan mangkrak begitu saja. Keberadaan museum-museum yang mangkrak tersebut membuat dua mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) yaitu Asyif Awaludin Romadhoni (angkatan 2016) dan Pina Dhea Tafana (angkatan 2017) mengkajinya dalam sebuah tulisan. Mereka berhasil menyabet Juara 1 sekaligus Best Presentation dalam Lomba Esai Sejarah Se-Jawa yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Sejarah Universitas Negeri Semarang UNNES), Rabu-Kamis (7-8/11) lalu.
Mereka melihat banyak museum di Yogyakarta mangkrak dan kurang terawat. Bahkan beberapa museum dianggap sebagai tempat yang angker dan tidak dikelola dengan baik. Melihat hal tersebut mereka kemudian menawarkan sebuah solusi sebuah model museum yang bertujuan untuk meremajakan museum dan merevitalisasi beberapa bangunan museum agar dapat menarik wisatawan. “sebagai mahasiswa sejarah, dan kami banyak belajar melalui museum, dan banyak melihat museum yang mangkrak dan dianggap angker, kami merasa terpanggil untuk melakukan “sesuatu”. Kami mencoba menawarkan model pengembangan museum. Pengembangan model ini terinspirasi dari peremajaan Garuda Wisnu Kencana di Bali yang sangat menarik wisatawan. Dalam pengerjaan model museum tersebut tentu harus menggandeng beberapa pihak yaitu pemerintah, pihak swasta seperti organisasi masyarakat, serta pemuda. “ urai Asyif.
Pina menambahkan seperti apa pembagian kerja yang akan dilaksanakan oleh para pihak “Kerjasama pemerintah dengan pihak swatsa seperti LSM atau komunitas yang perduli dengan museum. seperti “Malam Museum” diperlukan dalam peremajaan museum di Yogyakarta. Hal ini karena pemerintah sebagai stakeholder pembuat regulasi akan membuat kebijakan. Sedangkan Malam Museum sebagai komunitas akan memberi masukan, karena mereka banyak memahami kelebihan dan kekurangan museum tentunya. “ imbuh Pina. Mengiyakan Pinna, Asyif menambahkan peran mahasiswa seperti apa. “Nah mahasiswa di sini sebagai aktor penggeraknya terutama kalo dibutuhkan semacam relawan dalam manajerial pengelolaan museum.” Jelas Asyif. Pinna pun menayampaikan harapan adanya kerjasama tersebut dapat meningkatkan kesadaran sejarah dan nasionalisme di kalangan generasi muda.
Melalui ide tersebut, mereka berhasil mengalahkan 87 esai terpilih dan dinyatakan lolos 5 besar bersama dengan Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Semarang, dan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati Bandung. “Kami nggak nyangka. Jujur mereka semua orang keren dan kajiannya sangat bagus. Alhamdulillah kami berhasil menggondol dua penghargaan sekaligus.” Pungkas Asyif.  Harapan mereka adalah tentunya semua pihak dapat memperhatikan beberapa museum yang ada di Yogyakarta dan Indonesia tentunya karena museum adalah aset berharga bagi suatu bangsa. Selamat tim, raih lagi prestasimu! (sari)