Mahasiswa Pendidikan Geografi UNY Wakili Indonesia di Summer School Belanda

Janu Muhammad, mahasiswa Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) berhasil mengharumkan nama bangsa sebagai satu-satunya mahasiswa Indonesia dalam rangkaian  Geoscience Summer School di Utrecht University, Belanda. Geoscience Summer School dengan tema “Contemporary Cities : Challenges and Opportunities” ini dilaksanakan selama 2 pekan ( 8-19/7) kemarin. 17  peserta program ini berasal dari berbagai belahan dunia, mulai dari Indonesia, Singapura, China, Korea Selatan, Denmark, Brazilia, Spanyol, Amerika Serikat, Belgia, Belanda, Italia, Austria, Taiwan, dan Jerman. Summer School yang dilaksanakan oleh Faculty of Geoscience Utrecht University ini menjadi momentum pertemuan mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu untuk berdiskusi dan mengikuti perkuliahan selama dua minggu di kampus Utrecht.
Tema Summer School ini berkaitan dengan kota. Kota jika dipandang dari kacamata geografi merupakan fenomena kompleks yang menarik untuk dikaji karena merupakan tantangan di abad 21 ini. Pada pertemuan tersebut kota yang diangkat sebagai materi diskusi adalah kota di Eropa, Amerika, maupun Asia. Selama dua minggu, para peserta Geoscience Summer School menerima perkuliahan yang setara 3 SKS di Utrecht University. Ada sebanyak 20 sesi yang meliputi kuliah teori di kelas, seminar oleh dosen tamu, dan kunjungan ke beberapa kota di Belanda.
Janu mengatakan, “Pada hari pertama dilaksanakan penjelasan umum tentang perkuliahan, dilanjutkan dengan kuliah kota kontemporer. Pada hari-hari berikutnya diberikan kuliah tentang : sejarah Utrecht, cycling trip, entrepreneurship di kota, migrasi di Belanda, masalah dan solusi di perkotaan, perubahan populasi di Belanda, transportasi dan mobilitas, seminar tantangan dan peluang kota, serta beberapa kunjungan di Amsterdam, Eindhoven, dan Rotterdam.” Urai Janu. Selain itu para peserta Summer School Utrecht ini juga diajak untuk bersepeda mengelilingi Kota Utrecht dan Eindhoven.
Janu menambahkan, “Kuliah musim panas ini memberikan banyak manfaat bagi para peserta. Peserta diajak untuk menikmati suasana negeri kincir angin dan bunga tulip dari berbagai perspektif.” Ungkap Janu. Di sisi lain, Janu juga mengungkapkan bahwa, inovasi, kreativitas, dan kemajuan di  Belanda menjadi bagian dari manfaat yang diperoleh para peserta. Setiap delegasi diberi kesempatan memaparkan bagaimana kondisi kota dari negara asal mereka dan apa saja permasalahan yang ada. Setiap sesi kuliah selalu mengajak mahasiswa untuk berdiskusi dan bertukar pendapat dengan diampu oleh para dosen yang sangat kompeten dan bersahabat.
Janu bercerita, saat ia melakukan kunjungan di Eindhoven, bisa diperoleh pelajaran akan pentingnya sepeda sebagai sarana transportasi utama di Belanda. Belanda identik dengan budaya bersepeda, oleh siapapun, kapanpun, dan di manapun. Ketika berkunjung ke Amsterdam, ia menambahkan dapat diperoleh gambaran historis Belanda hingga menjadi negara inovatif di dunia. Selanjutnya, para peserta juga diajak mengunjungi beberapa tempat dengan model ‘housing’ yang berbeda-beda. Peserta mengkomparasikan perkembangan bangunan kota dari tahun ke tahun. Di Rotterdam, para peserta Geoscience Summer School diajak untuk menikmati megahnya distrik area, kawasan pelabuhan, dan pusat bisnis Belanda. Semua kunjungan memberi pelajaran akan pentingnya sebuah perencanaan terbaik untuk kota, termasuk perencanaan di Indonesia, tambahnya.
Geoscience Summer School selama dua minggu ini tidak lepas dari berbagai penugasan, Janu menggambarkan, tugas-tugas tersebut mulai dari observation assignment, essay, paper penelitian, dan poster. Janu sebagai Delegasi Indonesia mengangkat judul “Cycling as A Modern Life Style in The 21st Century” dan dipresentasikan pada hari terakhir sebelum penutupan.
Setelah mengikuti Summer School ini ada beberapa pelajaran yang bisa didapatkan dan menjadi contoh untuk Indonesia. Pertama, Belanda memiliki sarana transportasi yang nyaman, meliputi sepeda, bus, kereta, dan tram, sehingga akan menjadi masukan untuk perbaikan sistem transportasi di Indonesia. Hal menarik kedua yang juga bisa dikembangkan di Indonesia, Belanda sangat inovatif dalam pengolahan pertanian, meskipun wilayahnya rata-rata di bawah laut. Ketiga, perlunya penerapan budaya disiplin waktu bagi masyarakat Indonesia jika ingin menjadi negara maju seperti Belanda. Pada intinya setiap sesi memberikan banyak inspirasi bagi semua delegasi, termasuk delegasi Indonesia.
Di akhir acara, ada harapan untuk para mahasiswa di Indonesia agar bersemangat dalam meraih mimpi dan mampu meberikan yang terbaik untuk Indonesia. Janu Muhammad, mahasiswa yang saat ini aktif di UKMF Penelitian SCREEN FIS UNY ini juga berterima kasih kepada segenap keluarga besar UNY serta PT. Garuda Indonesia atas doa dan dukungannya sehingga bisa mewakili Indonesia dalam Summer School Utrecht tahun 2013. Semoga bisa menerapkan ilmu yang didapat serta membawa nama harum Jurusan Pendidikan Geografi, FIS UNY pada kesempatan yang lain. (Janu/sari)