NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MULAI TERKIKIS

Mahasiswa Program Studi (Prodi) IPS Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) angkatan 2009 selenggarakan seminar yang bertemakan “Optimalisasi Pembelajarn IPS Untuk Meningkatkan Nilai-Nilai Berbasis Kearifan Lokal” di ruang Ki Hajar Dewantara FIS UNY, Senin-Selasa (3-4/12). Ketua panitia seminar Dwi Prasetyo Prihantoro, dalam sambutannya mengatakan tema seminar tersebut diangkat karena nilai-nilai kearifan lokal mulai terkikis karena adanya arus globalisasi yang kuat. Hal ini menyebabkan kebudayaan lokal Indonesia sudah tidak populer di kalangan remaja.
Menurut Koordinator Prodi Pendidikan IPS, Sugiharyanto, M.Si., seminar tersebut merupakan salah satu mata kuliah di semester 7 yang wajib ditempuh oleh mahasiswa Prodi Pendidikan IPS. Mata kuliah tersebut membahas tentang cara-cara penulisan karya ilmiah dibidang pengetahuan sosial dan tata cara melaksanakan seminar. Setiap mahasiswa diwajibkan membuat karya tulis dan mempresentasikan didepan teman-temannya. Peserta seminar adalah mahasiswa Prodi IPS angkatan 2010, 2011, dan 2012.”Adapun tujuan diadakan seminar ini adalah untuk memberikan pengetahuan mahasiswa tentang cara menulis karya ilmiah, melaksanakan seminar serta untuk menyiapkan calon guru yang berkualitas” imbuhnya.
Pada kesempatan tersebut Wasis Suprapto mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan makalahnya pada sesi pertama. Wasis menyampaikan tentang peran pembelajaran IPS dalam mencegah tawuran antar pelajar. Dalam paparannya Wasis menjelaskan bahwa Budaya ketimuran adalah identitas yang melekat pada diri bangsa Indonesia. Budaya ketimuran tersebut mengandung nilai-nilai seperti gotong-royong, menghargai perbedaan, kepedulian sosial, dan toleransi yang telah manjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Namun seiring berjalannya waktu, nilai ketimuran itu kian terkikis dengan maraknya tawuran pelajar mulai dari kasus geng NERO sampai tawuran antar pelajar SMA yang baru-baru ini terjadi.
Wasis menambahkan salah satu hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan mengoptimalkan peran pendidikan disekolah. Dalam hal ini, IPS memegang peranan pentung karena IPS merupakan mata pelajaran yang mampu menanamkan nilai-nilai kepedualin dan toleransi. Menurutnya, metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS meliputi metode debat, inquiry, problem solving. Dengan metode tersebut siswa dapat mempelajari dan mengimplementasikan nilai-nilai kerjasama, tanggung jawab dan kepedulian sehingga siswa menjadi terbiasa menyikapi permasalahn dengan sikap demokratis dan tidak anarkhi. “Selain itu Pola pengajaran tidak hanya terpaku pada transfer of knowledge tetapi harus dibarengi dengan transfer of value sehingga pendidikan akan menghasilkan generasi yang tidak hanya cerdas tetapi juga memiliki karakter dan akhlak yang terpuji” tambahnya.
Dekan FIS UNY, Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag. sangat mendukung dan mengapresiasi kerja keras para mahasiswa yang telah mempersiapkan seminar dari awal sampai akhir dengan baik. Ajat mengatakan bahwa seminar pada tahun ini mengalami peningkatan karena makalah yang disajikan sudah disusun dan dikompilasi menjadi proceeding. Namun, Ajat menyarankan agar hasil pembahasan dalam seminar dimasukkan dalam proceeding sehingaa proceeding akan menjadi lebih sempurna. “Sebaiknya pembahasan dari seminar ini juga di masukkan dalam seminar, ini menjadi tugas bagi mahasiswa yang akan menyelenggarakan seminar tahun depan” jelasnya. (Eko)