OPTIMALISASI PEMBELAJARAN IPS SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Jurusan Pendidikan IPS FIS UNY gelar seminar nasional dengan tema “Optimalisasi Pembelajaran IPS Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural” Rabu (3 /12/2014). Hadir sebagai pembicara Prof. Dr. Enok Maryani, M.Pd (Guru Besar UPI Bandung), Dr. Taat Wulandari, M.Pd (DosenPendidikan IPS  UNY), Saliman, M.Pd (Wakil Dekan II FIS UNY) dan Dr. Titik Sunarti W, M.Pd (KepalaSekolah SMP N 3 Banguntapan Bantul). Seminar diikuti oleh 186 peserta yang terdiri dari dosen, guru dan mahasiswa baik S1 maupun S2. Seminar Nasional tersebut sangat penting untuk dilaksanakan karena Indonesia merupakan Negara yang multikultur. Masyarakat harus antisipatif dan responsive terhadap fenomena heterogenitas secara arif dan bijak. Heterogenitas telah menimbulkan dampak negative berupa konflik dalam masyarakat contohnya konflik antar suku di Sambas Kalimantan Tengah, Konflik dengan isu agama di Posodan Maluku, gerakan separatis di Aceh dan Papua, dan konflik lainnya. “Untuk mengatasi konflik tersebut perlu upaya kesadaran multikultur yang dapat dilakukan melalui pendidikan multicultural” tutur Enok Maryani.

Ilmu Pengetahuan Sosial menjadi salah satu mata pelajaran di SMP/MTs yang sangat potensial untuk mengembangkan pendidikan multikultural. Menurut  Taat  Wulandari, materi dalam IPS sarat dengan berbagai kajian yang berkaitan dengan keragaman bangsa baik keragaman vertikal maupun horizontal. Konsep-konsep yang dipelajari dalam IPS sangat dekat dengan fenomena multikultur masyarakat Indonesia. Upaya menjadikan IPS sebagai salah satu wahana pendidikan multikultural dapat dilakukan dengan melakukan desain strategi pembelajaran yang mencerminkan pendidikan multikultural.

Pada kesempatan yang sama Titik menjelaskan bahwa untukmengembangkan pembelajaran IPS sebagai salah satu dasar pendidikan multikultural maka guru perlu menyadari unsur-unsur pembelajaran yang potensial untuk mengembangkan multikultural dalam pembelajaran, misalnya merumuskan tujuan pembelajaran, pemilihan materi, penggunaan metode pembelajaran dan penilaian pembelajaran yang berbasis multikultur. “Untuk itu, perlu upaya dan komitmen semua pendidik dan calon pendidik untuk mewujudkan IPS sebagai wahana Pendidikan Multikultural agar tercipta masyarakat yang  berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia”, papar Saliman. (atw/Eko)