Penanaman Pendidikan Karakter dalam Sosiologi-Antropologi, Seminar Kerjasama Prodi Pend. Sosiologi FIS dengan MGMP Sosiologi Temanggung

Pendidikan Multikultural merupakan salah satu poin dari penerapan pendidikan karakter. Sikap saling menerima, menghargai nilai keyakinan, budaya, cara pandang yang berbeda menjadi inti dari pemahaman multikultural. Konsep pendidikan karakter dan pendidikan multikultural menjadi penting diterapkan dalam pembelajaran sosiologi-antropologi, hal ini dikarenakan sifat keilmuan yang dinamis dan bergesekan dengan perkembangan masyarakat. Pentingnya pengembangan konsep pendidikan karakter dan multikultural dalam pembelajaran sosiologi inilah yang mendorong diadakannya seminar pengembangan materi pembelajaran dan penanaman pendidikan karakter dalam Sosiologi-Antropologi (19/12), yang merupakan diskusi kerjasama antara Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sosiologi-Antropologi Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Seminar ini menghadirkan pembicara Prof. Dr. Farida Hanum, Guru Besar Sosiologi UNY, yang menyampaikan materi tentang Pendidikan Karakter dan Pendidikan Multikultural. Selain Farida Hanum dihadirkan juga pembicara yang juga merupakan dosen prodi  Pendidikan Sosiologi UNY Nur Hidayah, M.Si, dan Poerwanti Hadi Pratiwi, M.Si. Dalam kesempatan tersebut Nurhidayah memaparkan tentang struktur dan proses sosial . Sedang Poerwanti Hadi Pratiwi, M.Si, menjelaskan tentang permasalahan asimilasi dan akulturasi.

Dalam paparannya, Prof. Dr. Farida Hanum mengatakan bahwa pendidikan karakter dan multikultural sangat penting untuk sedini mungkin ditanamkan di dalam pembelajaran, khususnya dalam sosiologi. Pendidikan multikultural bermakna sebagai proses cara hidup, menghormati, tulus, toleran terhadap keragaman budaya sehingga memiliki kekenyalan dan kelenturan mental bangsa dalam menyikapi konflik sosial, lanjutnya. Pemahaman awal tentang multikulturalisme sangat penting dalam masyarakat Indonesia yang sangat majemuk. Sosiologi yang menjadi basis ilmu masyarakat menjadi pijakan penting untuk memberikan pemahaman yang benar tentang keberagaman.

Pada sesi yang kedua, diskusi dilanjutkan dengan pemaparan beberapa pendalaman materi tentang permasalahan yang sering muncul di soal-soal ujian nasional sosiologi, terutama berkaitan dengan asimilasi dan akulturasi hingga masalah nilai dan norma sosial. Bagi guru-guru SMA diskusi semacam ini penting mengingat sosiologi sebagai ilmu yang sifatnya non-etis dimana justru lebih banyak menganalisis fakta. Hal i ni berakibat terkadang ketika mendiskusikan jawaban soal-soal UN muncul beberapa jawaban yang berbeda.

Kerjasama antara institusi pendidikan dalam hal ini Prodi Pendidikan Sosiologi FIS UNY dengan MGMP Sosiologi-Antropologi Temanggung merupakan terobosan baru untuk mendekatkan perguruan tinggi dengan stakeholder-nya. Tantangan institusi kedepan adalah bagaimana memberikan kontribusi yang positif bagi pengembangan keilmuan terutama yang terkait dengan bidang kependidikan, sekaligus berkontribusi dalam mencetak dan mengembangkan profesionalitas guru. Program seminar kerjasama dengan sekolah menjadi salah satu jawaban untuk sering pengetahuan sehingga ada kesinambungan antara das sein dengan das sollen nya. (Grendy)