PENDIDIKAN KARAKTER DIBANGUN DENGAN KERJASAMA

“Mulai tahun ini, mahasiswa yang lolos seleksi PBU (Penelusuran Bibit Unggul) saat daftar ulang harus didampingi oleh orang tua/wali masing-masing. Nanti bersama dengan pimpinan/ketua RT (Rukun Tetangga) di Karangmalang dan Mrican (sekitar FISE) akan dikumpulkan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang edukatif. “ Ungkap Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta (FISE UNY) dalam upacara yudisium periode Maret 2010 dengan 53 peserta di ruang Ki Hajar Dewantara FISE UNY Rabu (31/3) lalu.

Sardiman menguraikan, sehubungan dengan telah dideklarasikannya tahun 2010 sebagai tahun pendidikan karakter, mendukung hal tersebut FISE UNY akan melakukan sebuah gebrakan yang diharapkan mampu melahirkan hasil nyata dalam pembentukan karakter warga FISE UNY. Salah satunya bekerjasama dengan berbagai unsur pamong desa (ketua RT) di sekitar lingkungan FISE UNY, baik itu di daerah Karangmalang maupun Mrican yang notabene banyak mahasiswa FISE  kos di daerah tersebut. Pendidikan karakater tidak akan berhasil jika hanya diajarkan ataupun diberlakukan di kampus atau disekolah saja. Tetapi lingkungan adalah faktor terbesar dalam pembentukan karakter seseorang. Untuk itu dengan kerjasama yang solid dari berbagai lini tersebut diharapkan pendidikan karakter bangsa bisa terwujud sesuai dengan yang diharapkan.

Dihubungi terpisah, Umi Lestari, S.Pd peserta yudisium dari program studi (prodi) Pendidikan Sosiologi yang juga merupakan lulusan cumlaude dengan IPK 3,68 sangat mendukung upaya fakultas tersebut. Secara kebetulan apa yang disampaikan oleh Dekan tersebut juga berkaitan dengan penelitian skripsinya yang berjudul ” Peran Guru dalam Memotivasi Siswa pada Mata pelajaran Sosiologi terhadap Pembentukan Moralitas Siswa”. Dengan pendekatan behaviorisme Learning Concept (BLC) di SMA Piri 1 Yogyakarta, Umi menyimpulkan bahwa kesuksesan pendidikan karakter siswa tidak hanya bisa disampaikan di sekolah saja, tetapi faktor utamanya adalah keluarga dan lingkungan sekitarnya

Untuk program pendidikan karakter ini, beberapa waktu lalu telah ditandaskan ulang dalam rapat pimpinan Fakultas, diantaranya meliputi etika berperilaku dan etika berpakaian. Dekan menjelaskan, etika berpakaian yang dimaksudkan disini adalah kita sebagai lembaga pendidikan pencetak tenaga pendidik sudah sepantasnya untuk berpakaian selayaknya pendidik. Misal, tidak menggunakan celana jeans, pakaian yang sopan, tidak mini atau ketat. Sedang untuk etika berperilaku, bisa dicontohkan dengan etika merokok. Sardiman menegaskan, ”Bagi yang merokok, marilah kita menempatkan diri untuk tidak merokok di lingkungan kampus sebelum kita (FISE-red) membangun smoking area di wilayah FISE” tegas Sardiman.

Selain itu untuk mendukung hal tersebut, untuk penilaian prestasi mahasiswa tidak hanya kecerdasan intelektual saja yang dinilai tapi juga harus dimulai dengan aspek afektif dan moralitas, harapannya mahasiswa yang lulus dengan IPK diatas 3,71 mempunyai kecerdasan intelektual emosi dan spiritual juga. Seperti visi UNY, cendekia, mandiri dan bernurani. "Mudah-mudahan simbol IPK 3,5.., 3,6.., 3,5.. tidak hanya menggambarkan kemampuan intelektualitas saja tetapi juga kecerdasan emosional dan spiritual", harap Sardiman.

Dalam kesempatan tersebut Dekan juga menginformasikan bagi mahasiswa yang lulus dengan IPK diatas 3,71 berhak untuk mengikuti seleksi beasiswa yang diadakan oleh UNY untuk mengikuti studi lanjut jenjang S2 dilanjutkan ke jenjang S3 di Malaysia. Untuk periode tahun ini akan dikirim 1-3 orang ke Malaysia. (Sari)