PENDIDIKAN KITA MASIH BERPURA-PURA

Selama ini kita belum sungguh-sungguh dalam melaksanakan pendidikan di Indonesia.  Pembelajaran di sekolah masih mencerminkan pendidikan yang berpura-pura. Orientasi masih cenderung intelektualistik, bahkan sekedar kognitif dan materialistik. Pendidikan belum optimal menggali multi kecerdasan peserta didik , tetapi masih sebatas  berorientasi pada materi dalam standar isi. Pernyataan ini dilontarkan Dekan FISE UNY Sardiman, AM., M.Pd. di hadapan 200 guru-guru IPS se Kabupaten Bantul dalam acara bedah Standar Kompetensi Lulusan yang diselenggarakan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) IPS Kabupaten Bantul di aula SMP N 1 Jetis Bantul, baru-baru ini. Sardiman memberikan contoh bagaimana kita masih mengejar nilai Ujian Nasional, dibanding melaksanakan pembelajaran yang ideal. Sardiman memberikan contoh bagaimana Standar Kompetensi Lulusan (SKL) disusun masih terlalu besar muatan kognitif dibanding afektif dan psikomotoriknya.
Ditegaskan Sardiman sesungguhnya SKL disusun untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Hal ini mengacu pada tujuan pendidikan nasional Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sardiman menyadari, kepura-puraan dalam pendidikan selama ini merupakan kesalahan kolektif. Guru dihadapkan pada kesulitan antara tuntutan idealisme dengan tuntutan pragmatis. “maunya para guru membelajarkan secara ideal, tetapi masyarakat inginnya yang penting anaknya lulus dengan nilai ujian tinggi” tegas Sardiman.  Ditambahkan, masyarakat terutama orang tua belum memiliki kepedulian serius dengan pendidikan di sekolah. Sardiman memberikan contoh bagaimana ketika seorang Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyerahkan langsung anaknya kepada guru sekolah. Contoh tersebut menunjukkan bagaimana dekatnya hubungan sekolah dengan orang tua. “Sementara di Indonesia, banyak orang tua yang belum pernah masuk sekolah anaknya, apalagi ketemu gurunya” tegasnya.
Lokakarya  berlangsung sampai dengan sore hari menghasilkan SKL mata pelajaran IPS  dan kisi-kisi ujian. Menurut ketua MGMP IPS Titi Sunarti W, M.Pd., kegiatan dimaksud untuk menyamakan persepsi para guru IPS se Kabupaten Bantul dalam menyusun soal Ujian Akhir Sekolah SMP.  (MR SPD)