PENGEMBANGAN EKOWISATA BERBASIS EVOLUSI BENTANGLAHAN

Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) yang terdiri dari Irma Yunanda (Pendidikan Geografi), Norma Yuni Praptiwi (Pendidikan Geografi), dan Andika Eka D. (Ilmu Sejarah) melakukan penelitian pengembangan ekowisata berbasis evolusi bentanglahan. Evolusi bentanglahan menghasilkan fenomena yang unik dan mengandung nilai ilmiah yang tinggi sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan pariwisata berwawasan lingkungan dengan mengedepankan beberapa aspek penting seperti konservasi alam; pemberdayaan sosial budaya dan ekonomi masyarakat setempat; serta aspek pembelajaran dan pendidikan.

Melalui penelitian ini, tim PKM mengidentifikasi lokasi-lokasi yang dapat dikembangkan sebagai tujuan ekowisata dan mengembangkan desain ekowisata berbasis evolusi bentanglahan. “Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan tujuan untuk mengungkapkan masalah-masalah atau keadaan berdasarkan fakta yang ada. Adapun variabel penelitian mencakup jenis batuan, fenomena tektonik, proses geomorfologi dan toponim” jelas Irma Yuanda.

Lanjut Irma, penelitian dilakukan di sekitar Kawasan Borobudur, Magelang karena kawasan tersebut merupakan salah satu tempat di Pulau jawa yang memiliki keunikan geologis dan geomorfologis ditinjau dari aspek evolusi bentanglahan. Selama ini kawasan Borobudur identik dengan Candi Borobudur yang merupakan obyek wisata bertaraf internasional, namun sebenarnya kawasan Borobudur memiliki potensi lain yang dapat dikembangkan sebagai tujuan wisata, khususnya wisata edukasi. Di sekitar Candi Borobudur pada masa lampau terdapat danau terbentuk pada Kala Pleistosen Akhir. Keberadaan danau dapat diketahui melalui material-material vulkanik dan sedimentasi. Namun semakin lama, danau semakin lenyap dan jejaknya masih bisa diketahui hingga sekarang. Keberadaan Danau Purba dan evolusi bentanglahan yang terjadi merupakan aspek yang menarik untuk diangkat sebagai atraksi wisata. Beberapa obyek yang berpotensi yaitu mata air asin di Dusun Kaliduren, mata air panas di Kasuran, struktur sesar Sungai Progo dan bekas rawa antara Dusun Bumisegoro dan Sabrangrawa. Pengelolaan dapat melalui ekowisata yang memperhatikan scientific, aesthetic dan philosophical.

Norma menambahkan, tim PKM melakukan penelitian selama 4 bulan. Untuk mendapatkan data yang lengkap dan valid, tim PKM menerapkan beberapa teknik pengambilan data yaitu observasi, wawancara, studi kepustakaan dan dokumentasi. Data yang terkumpul kemudian dideskripsikan guna mengungkap kondisi di sekitar Borobudur yang berpotensi menjadi ekowisata.

“Kegiatan PKM ini menghasilkan peta obyek wisata yang berguna untuk menginformasikan lokasi-lokasi obyek wisata serta desain pengembangan ekowisata yang berguna untuk menjadi rekomendasi desain tata ruang pengembangan daerah ekowisata berbasis bentanglahan Danau Purba Borobudur. Luaran yang kedua berupa artikel ilmiah dan paper yang diharapkan dapat digunakan untuk menambah kajian bagi penelitian yang sejenis” imbuh Andika. (Eko)