Rakor Kemitraan 7 Perguruan Tinggi

Pengembangan FISE menjadi FIS dan FE   pada beberapa  Perguruan Tinggi (PT) yang bermitra   tidak mengubah Kemitraan 7 Perguruan Tinggi yang telah terjalin selama ini. Kemitraan tetap berjalan dan sepakat terus  ditingkatkan dan tetap berkomitmen mengembangkan HISPSI (Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial  Indonesia.) Demikian ditegaskan  oleh Sekjen BPP HISPISI,  Sardiman AM, MPd yang juga Dekan FISE UNY pada acara Rakor Kemitraan 7 PT di Hotel Royal Orchid, Batu Malang, 26-27 Februari 2011.

Rakor  yang diikuti para  pimpinan ke 7 PT (FISE UNY, FIS dan FE UNNES , FIS UNDIKSA, FIS UNESA,FE dan FIS UM,FKIP jurusan IPS UNS, Jurusan IPS FKIP Universitas Veteran Sukoharjo),  Ketua dan Sekretaris Jurusan serta dosen pengampu mata kuliah  dengan agenda : Sidang kelompok Pimpinan (pengurus BPP HISPSI), Sidang kelompok Kajur/Kaprodi, Sidang kelompok Dosen Pengampu Mata Kuliah.  Pertemuan tersebut juga diisi  seminar dengan pembicara Zamroni PhD (UNY),  Prof.Dr.Budi Eko Soetjipto,M.Ed (UM),) dan Dr. Ketut Praseto, MS (UNESA).

Sardiman  tidak memungkiri  pelaksanaan kemitraan kadang sedikit terhambat  dikarenakan adanya pergantian  pimpinan  dan kurang komunikasi antar pimpinan, antar dosen pengampu mata kuliah. Solusinya , MOU akan diperbaharui  karena semakin banyaknya PT yang bergabung  serta  sebagai landasan hukum yang memperkuat kemitraan. Sedangkan kegiatan kemitraan yang tetap berjalan selama ini adalah  tukar menukar dosen antar PT dan seminar internasional.  Kegiatan lainnya seperti KKL/PPL bersama , PPM bersama, Penelitian bersama,  Jurnal bersama masih harus terus ditingkatkan. Untuk tahun ini Seminar Internasional akan dilaksanakan di jepang pada bulan April di Nagoya University.  Pada bulan juli juga akan diadakan Kongres HISPISI di UHAMKA  pada bulan Juli  untuk memilih kepengurusan baru, jelasnya.

Sementara, Zamroni,PhD  dalam makalahnya yang berjudul “Mewujudkan Ilmu Sosial Berwajah Indonesia”,  mengatakan kita harus berani keluar dari “pakem’ selama ini yang selalu berkiblat atau bermazhab ke luar negeri, karena masalah-masalah sosial di indonesia berbeda. Kita juga harus keluar dari model pembelajaran lama yang top down, fokus pada  individu, penekanan pada bagian yang terpisah dari konteks, fokus pada objectivitas bersifat kuantitatif, fokus pada kontrol, tergantung  pada kekuatan luar dan fokus pada ilmu normatif.  Menurutnya , model pembelajaran  saat ini harus buttom up, kolaborasi, integratif, fokus makna, sistem berfikir, realitas kehidupan dan dinamika masyakat kecil. Kita harus berani memformulasikan realita sosial saat ini  dan juga mengembangkan lokal wisdom, tegasnya.

Prof. Dr. Budi Eko Soetjipto, M.Ed, Kajur Jurusan Manajemen FE UM, yang menyampaikan makalah “Model-model Pembelajaran Kooperatif Versi Kagan”,  mengatakan dari hasil diklat PLPG (Pendiidkan dan Latihan Profesi Guru) yang dilaksanakan di UM, ditemukan fakta bahwa sedikit saja peserta PLPG yang menguasai model-model  Cooperative Learning sehingga dalam pembelajarannya guru lebih banyak menggunakan ceramah, diskusi, penugasan dan demonstrasi saja.  Itupun masih ditambah fakta bahwa guru masih merupakan figur sentral dalam pembelajaran di kelas. Masih banyak temuan-temuan lainnya sehingga perlu pelatihan pembelajaran model-model inovatif bagi guru-guru dalam merancang  dan mengimplementasikan  berbagai metode pembelajaran yang berorientasi pada siswa.

Menurut Budi,   model-model  pembelajaran dalam Cooperative Learning yang umum adalah: 1) Numbered Heads Together, 2) Think-Pair-Share,3) Team Word-Webbing, 4) JIGSAW,5) Student Teams Achievement Division (STAD), 6).Teams-Games-Tournament (TGT) dan Group Investigation. Guru-guru yang ingin menggunakan pembelajaran kooperatif secara ideal  harus mendasarkan praktik pembelajaran pada teori yang divalidasi oleh riset.  Semakin mirip praktik pembelajaran kelas dengan teori yang divalidasi, semakin efektif. Hubungan yang erat antara teori, riset dan praktik membuat pembelajaran kooperatif agak unik. (lensa).