Semaraknya Angkringan Kebangsaan dan Deklarasi pelajar Toleran DIY di Taman Pancasila UNY

Acara Angkringan Kebangsaan dan Deklarasi Pelajar Toleran Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang digelar Senin (28/08), di Taman Pancasila Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berlangsung sangat semarak. Tidak kurang tiga ratusan peserta hadir dalam acara tersebut. Peserta yang hadir berasal dari kalangan Guru dan Pelajar SMP/sederajat dan SMA/SMK sederajat di DIY serta mahasiswa S1 dan S2 dari berbagai Universitas di DIY. Acara yang dibuka oleh Rektor UNY Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M. Pd. Ini juga tampak hadir Dekan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNY, Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M. Ag. Para pimpinan tersebut memberikan sambutan positif acara tersebut. Hadir pula Ketua Jurusan  dan dosen-dosen Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum FIS UNY serta dosen-dosen di lingkungan FIS UNY untuk memberikan dukungan pada Acara Angkringan Kebangsaan dan Deklarasi Pelajar Toleran DIY yang diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis FIS UNY ke 52..
Pada acara yang mengusung tema “Toleransi Itu Pancasila” itu, dilangsungkan dua agenda utama yakni agenda Talkshow Kebangsaan dan agenda Deklarasi Pelajar Toleran DIY. Pada agenda Talkshow Kebangsaan berlangsung bincang-bincang kebangsaan dengan dihadiri para pembicara yakni 1) dr. Hasto Wardoyo, Sp. OG. (Bupati Kabupaten Kulonprogo), 2) Halili, MA. (Peneliti Setara Institute & Dosen FIS UNY), 3) Maskur Hasan (Aktivis AMAN Indonesia), 4) Yunan Helmi (Aktivis Indo Voice United) dan Ummi Sabrina Solekhah (Siswi SMA N 1 Wates & Diajeng Kulonprogo 2017). Sedangkan pada agenda Deklarasi Pelajar Toleran DIY dilangsungkan kegiatan menyanyikan “Mars Pelajar Damai Indonesia” karya Yunan Helmi oleh seluruh peserta Pelajar DIY yang kemudian diakhiri dengan deklarasi pelajar toleran DIY yang dipimpin oleh Siswi SMA N 1 Wates yang juga merupakan Diajeng Kulonprogo 2017, Ummi Sabrina Solekhah.
Acara Angkringan Kebangsaan dan Deklarasi Pelajar Toleran DIY yang diselenggarakan olehLaboratorium Pendididkan Kewarganegaraan FIS UNY tersebut berjalan baik atas kerjasama dengan Setara Institute Jakarta dan Asian Moeslim Action Network Indonesia (AMAN). Penyelenggaraan Acara Angkringan Kebangsaan dan Deklarasi Pelajar Toleran Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) juga didukung oleh Linkar Kajian Demokrasi dan HAM FIS UNY, Pusat Studi Pancasila dan Kewarganegaraan LPPM UNY, Forum Jogja Damai, Aliansi Nasioanl Bhinneka Tunggal Ika, Inodnesia Voice United, Massenjah, dan Srikandi Lintas Iman. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta sebagai tuan rumah juga mendukung penuh acara tersebut sebagai bagian dari rangkaian kegiatan dalam Dies Natalis FIS UNY tahun 2017.
Dalam sambutan sekaligus membuka acara disampiakna oleh Rektor, “kita berbeda boleh, beragam boleh, begitu juga dengan keragaman yang lain, tapi harus diingat itulah yang menyatukan kita.” Ungkap Sutrisna Wibawa. Dalam kesempatan tersebut, Sutrisna juga menyatakan bahwa sangat mendukung kegiatan ini karena bisa meningkatkan kebhinekaan dan rasa kebangsaan kita.Disampaikan pula, “Ke depan di kelas – kelas juga akan diupayakan kegiatan sperti ini, tidak terlalu formal, ada dialog – dialog, sehingga kita bisa membentuk wawasan kebangsaan sebagai jiwa kita” imbuhnya. Rektor juga menyampaikan, tanggal 1 Juni kemarin didirikan Pusat Studi Pancasila, diharapkan pusat studi ini bisa mengembangkan nilai – nilai Pancasila, sehingga bisa membumi dan bisa dilaksanakan oleh kita semua.
Selaku pembicaraHalili, MA juga menyampaikan bahwa kondisi keberagaman yang dimiliki Indonesia merupakan kenyataan alamiah dan konsensus sosial-politik yang tidak dapat dinafikan keberadaannya khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Halili mengungkapkan, “Dalam rangka menyikapi keberbedaan itu aspek yang lebih serius adalah tantangan membangun masyarakat kewargaan. Sebab, berdasarkan hasil riset Setara Institute pada tahun 2016 mengenai situasi toleransi dikalangan pelajar bila dikategorikan pada empat kateri memang anak-anak kita potensi toleransinya itu sekitar 80% tetapi dibawah itu ada intoleran pasif, ada intoleran aktif, dan ada yang terinfiltrasi ideologi teror dan kekerasan.” Ungkap Halili. Ditegaskan Halili,  “Oleh karena itu, Kita harus berbicara lebih keras, kita harus memilih untuk tidak diam, kita harus menjadi garda terdepan membela Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, kita memilih untuk menegakan semboyan kita Bhinneka Tunggal Ika.”ajaknya.
dr. Hasto Wardoyo, Sp. OG. yang menjadi pamungkas pada agenda talkshow kebangsaan menyampaikan bahwa bila berbicara tentang toleransi dan Pancasila di Kulonprogo, toleransinya itu baik karena dibangunnya gotong-royong ditengah-tengah masyarakat tanpa memandang identitas kesukuan maupun agama masyarakat.. Berkenaan dengan kondisi toleransi di Indonesia, Hasto Wardoyo menyampaikan beberapa hal, pertama, bahwa ada sesuatu yang memprihatinkan karena munculnya gejala-gejala primordialisme belakangan ini. Kedua, bergulirnya globalisasi yang tidak bisa dihindari menuntut generasi muda untuk fokus mengejar ketertinggalan kita di bidang infrastruktur dan teknologi. Disampaikan Hasto, “Generasi muda jangan sibuk dengan permasalahan yang primordial kemudia kita hanya berdebat masalah-masalah yang sifatnya sangat klasik sementara kita tidak berfikir untuk mengejar ketertinggalan infrastruktur dan teknologi”, ungkap Hasto Wardoyo. Namun menurut Hasto Wardoyo, pembangunan yang berbasis teknologi dan infrastruktur juga harus diikuti pembangunan yang berbasis ideologi. “Saya berharap kampus menjadi sumber inspirasi untuk pembangunan yang berbasis ideologi karena ini penting sekali”, pungkas Hasto Wardoyo.
Rangkaian acara Angkringan Kebangsaan dan Deklarasi pelajar Toleran DIY diakhiri dengan menyanyikan lagu “Mars Pelajar Damai Indonesia” karya Yunan Helmi oleh seluruh peserta Pelajar DIY dengan diiringi musik yang dimainkan oleh anggota Indo Voice United. Setelah itu acara dilanjutkan dengan Deklarasi Pelajar Toleran DIY yang dipimpin oleh Ummi Sabrina Solekhah. Pada deklarasi tersebut, seluruh peserta pelajar berkumpul dan mengucap ulang teks deklarasi yang dibacakan oleh Ummi Sabrina sembari membentangkan banner deklarasi yang sebelumnya sudah ditandatangani oleh seluruh peserta Pelajar DIY.(cucu& sari)