STUDIUM GENERAL: PERKEMBANGAN ILMU-ILMU SOSIAL DI INDONESIA

“Keberadaan ilmu sosial di Indonesia agaknya mengalami semacam diskriminasi. Diskriminasi dalam arti adanya penyalahgunaan eksistensi ilmu sosial sebagai upaya politis bagi pembangunan nasional. Sehingga seolah-olah peranan ilmu sosial diselenggarakan hanya dalam rangka memenuhi tuntutan proyek pembangunan dan tidak terkait prinsip dasar untuk mengeksplorasi realitas sosial sebagai akibat pembangunan serta mengkritisi  model pembangunan yang tengah dijalankan,” tutur Dr. Syarifuddin Jurdi. Dosen Universitas Islam Negeri Alaudin Makassar saat memaparkan materi dalam acara Studium General di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) (Rabu, 5 Februari 2014). Studium General ini tidak hanya diikuti dosen tetapi juga para mahasiswa FIS UNY. Peserta berjumlah sekitar 120 orang.
Bertempat di Ruang Ki Hajar FIS UNY. Acara dimulai dengan Sambutan dari Dekan FIS UNY Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag. Kegiatan ini merupakan program kerja rutin FIS UNY dalam upaya meningkatkan budaya ilmiah di lingkungan kampus. Acara ini diisi dengan presentasi dan diskusi dengan tema “Perkembangan Ilmu-ilmu Sosial di Indonesia: Refleksi dan Outlook dari Perspektif Indigenous Methods”. Pemakalah dari diskusi tersebut adalah Dr. Syarifuddin Jurdi penulis buku Sosiologi Nusantara dan Prof. Dr. Dawam Rahardjo Guru besar FISIPOL UGM.
Dalam presentasinya Syarifuddin Jurdi mengatakan bahwa perkembangan ilmu sosial di Indonesia sedikit terhambat sebab dua kendala utama. Yaitu, Pertama, ilmu-ilmu sosial masih menjadi resipien (penerima) dan konsumen teori-teori dariluar. Padahal, teori-teori yang dihasilkan oleh ilmuwan diluar Indonesia seringkali berpijak pada realitas sosial yang dihadapinya dan belum tentu kondisi tersebut sesuai dengan realitas yang terjadi di Indonesia. Kedua,belum adanya kesatuan pendapat tentang tradisi intelektual mana yang hendak diikuti dalam mengembangkan ilmu-ilmu sosial di Indonesia. Dalam hal ini berarti ilmu sosial tidak mampu mengidentifikasi pikiran-pikiran dasar yang cocok dengan kondisi kontekstual yang kemudian mengalami kegagalan dalam memilih konsepsi ilmiah yang cocok.
Para peserta yang hadir dalam kegiatan ini, sangat antusiasmengikuti diskusi. Peserta yang sebagian besar mahasiswa, banyak sekali mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada kedua pemateri.Para mahasiswa berharap kegiatanseperti ini lebih sering dilakukan oleh pihak fakultas.Menurut para mahasiswa, acara seperti ini sangat bermanfaat, karena menambah cakrawala berfikir menjadi lebih luas. (Danu)