TEKNOLOGI BUKAN SEBAGAI PENGHALANG EKSISTENSI BUDAYA PAGAR MANGKOK

Perkembangan teknologi tidak serta merta merubah sifat masyarakat menjadi individualis. Hal ini tampak dari aktivitas keseharian di sebuah pemukiman di kawasan kota Yogyakarta yaitu Kampung Cyber. Kampung ini bisa dikatakan sudah cukup “melek” terhadap teknologi dan setiap sudutnya memiliki jaringan internet. Untuk menjaga hubungan sosialnya, masyarakat Kampung Cyber menerapkan budaya Pagar Mangkok sebagai kearifan budaya Jawa. Pagar Mangkok merupakan sebuah budaya kepedulian dengan berbagi kepada orang lain yang hidup disekeliling lingkungan secara sukarela.

Untuk mengetahui hubungan sosial masyarakat di Kampung Cyber dan mengetahui penerapan Pagar Mangkok dalam mempererat hubungan sosial di Kampung Cyber. Tim PKM PSH, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) yang terdiri dari Retno Dhamayanti (Pendidikan Sosiologi), Ammar Muhammad (Ilmu Sejarah), Agnes Petrus (Ilmu Sejarah) dengan dosen Pembimbing Grendi Hendrastomo, M.M., M.A melakukan penelitian di kampung tersebut.

Dalam Penelitiannya Tim PKM PSH FIS UNY, melakukan observasi dengan tinggal dan mengikuti kegiatan rutin di masyarakat Kampung Cyber. Selain itu, tim PKM FIS UNY juga melakukan wawancara dengan masyarakat Kampung Cyber, dan melakukan Studi pustaka. Adapun luaran penelitian berupa artikel ilmiah, booklet pagar mangkok dan video dokumenter pagar mangkok di kampung Cyber.

Retno menjelaskan bahwa hubungan sosial di kampung Cyber terlihat dari beberapa kegiatan diantaranya Rapat RT dan Dasawisma dimana dalam pertemuan tersebut sudah menggunakan laptop dan proyektor, serta menggunakan grup WhatsApp untuk mengundang warga. Kegiatan lainnya adalah ronda malam yang dibantu menggunakan CCTV di setiap sudut kampung.

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi tersebut menambahkan, penerapan pagar mangkok tampak dari kegiatan rewang (berbagi tenaga), berbagi makanan dengan fitur aplikasi ojek online atau menggunakan grup WhatsApp dan akses Wi-Fi secara gratis dan mudah untuk masyarakat umum yang berkunjung.

“Konsep Pagar Mangkok sudah bertransformasi dengan perkembangan teknologi di Kampung Cyber dan secara tidak langsung mampu menjawab tantangan bahwa teknologi bukan sebagai penghalang eksistensi budaya tradisional yang berguna untuk menjaga hubungan sosial masyarakat” tutupnya (Eko)