TINGKATKAN PEMAHAMAN DAN KESADARAN K3, FIS GELAR SOSIALISASI DAN SIMULASI

Yogyakarta merupakan wilayah yang sering dilanda bencana alam seperti gempa bumi dan gunung meletus. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan tentang bagaimana melakukan evakuasi jika terjadi bencana tersebut sehingga akan menimbulkan rasa aman dan nyaman selama beraktivitas di lingkungan kampus. Selain keselamatan, dalam bekerja atau beraktivitas juga diperlukan kesehatan. Kesehatan dalam hal ini tidak hanya mencakup kesehatan fisik saja tetapi juga kesehatan rohani. Demikian disampaikan oleh Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY), Lena Satlita, M.Si. dalam kegiatan sosialisasi dan simulasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Aula Gedung IsDB FIS UNY pada hari Selasa (20/8/2019). Kegiatan tersebut terbagi menjadi tiga sesi yakni sesi untuk dosen, tendik dan mahasiswa FIS UNY.

Lena Satlita menjelaskan bahwa bahwa K3 diatur dalam Undang-Undang No. 1/1970 dan No. 23/1992. K3 perlu diterapkan di berbagai instansi tidak terkecuali di perguruan tinggi. Dengan demikian seluruh civitas akademik FIS UNY baik dosen, tendik, maupun mahasiswa harus memahami tentang K3 karena resiko kecelakaan kerja bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. “Pemahaman yang baik tentang K3 diharapkan dapat meminimalisir resiko yang dialami” ungkapnya

Pemateri sekaligus pemandu simulasi K3 dalam kesempatan tersebut adalah Drs. Putut Hargiyarto, M.Pd. (Dosen Fakultas Teknik UNY) dan Dr. Ketut Ima Ismara, M.Pd.,M.Kes (Dosen Fakultas Teknik UNY) beserta tim. Dalam presentasinya Putut memaparkan, perguruan tinggi yang tangguh bencana adalah perguruan tinggi yang mampu memahami dan meminimalkan resiko bencana yang dihadapinya serta dapat bangkit dan beraktivitas dengan segera setelah terdampak suatu bencana, melalui proses pembelajaran yang terus menerus.

Lebih lanjut Putut mengatakan bahwa manajemen kesiapsiagaan mencakup empat tahapan yaitu perencanaan; persiapan; pelaksanaan; dan evaluasi & rencana perbaikan. Tahap perencanaan antara lain membentuk tim perencana dan menyusun rencana latihan kesiapsiagaan. Tahap persiapan meliputi Briefing untuk mematangkan perencanaan latihan; memberikan poster, leaflet, atau surat edaran kepada siapa saja yang terlibat latihan kesiapsiagaan; menyiapkan gedung dan beberapa peralatan pendukung, khususnya yang berkaitan dengan keselamatan masyarakat; memasang peta lokasi dan jalur evakuasi di tempat umum yang mudah dilihat semua orang. Pada tahap pelaksanaan, tim memberikan tanda peringatan, selanjutnya peserta latihan kesiapsiagaan memberikan reaksi terhadap peringatan, dan tim mendokumentasikan kegiatan. Tahap evaluasi & perencanaan tindak lanjut

“Tahap evaluasi & perencanaan tindak lanjut bertujuan untuk mengetahui apakah peserta memahami tujuan dari latihan, siapa saja yang berperan aktif dalam latihan, bagaimana kelengkapan peralatan pendukung latihan, bagaimana respon peserta latih, berapa lama waktu yang diperlukan untuk melakukan tindakan-tindakan di dalam setiap langkah latihan, apa hal-hal yang sudah baik dan hal-hal yang masih perlu diperbaiki.” imbuhnya (Eko)