Tips Pengambilan Gambar dengan Rumus EDFAT

Secara umum kualitas foto tergantung pada seberapa kuat ia mampu menggugah perhatian publik. Foto jurnalistik yang baik umumnya tidak hanya menarik bagi seseorang atau sekelompok orang tertentu saja. Foto-foto yang memiliki public-interest  tinggi umumnya memiliki kelebihan diantaranya; komunikatif, informatif, faktual, aktual, orisinil, dramatik, mempunyai nilai artistik dan teknik pemotretan yang baik. Demikian disampaikan Drs Rakhmat Supriyono,MPd didepan peserta pelatihan fotografi jurnalistik yang diselenggarakan Tim Humas, Kerjasama, Protokoler dan Website Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta (FISE UNY) Rabu (25/5) di Ruang Ki Hajar Dewantara FISE UNY. Pelatihan yang dibuka oleh Dekan FISE UNY, Sardiman AM, MPd, diikuti 32 peserta yang terdiri dari, tim humas, kerjasama, protokoler dan website, perwakilan sub bagian serta perwakilan mahasiswa. Selain Rakhmat, mantan Wartawan Foto dan Pengajar di ISI Yogyakarta yang membawakan  materi Fotografi Jurnalistik, juga tampil  Drs. HY. Agus Murdyastomo, M.Hum. Dosen FISE UNY, dengan moderator Lena Satlita, M.Si. dan Pratiwi Wahyu Widiarti, M.Si.

Lanjut Rakhmat, Kualitas foto jurnalistik dapat dilihat dari dua aspek; 1). Nilai berita (news value), 2). Kekuatan visual (visual impact), artistik dan teknik fotografi. Adapun yaitu Entire (potret secara umum), Detail (ambil beberapa foto lebih spesifik), Frames (perhitungkan format dan komposisi, Angles (variasi sudut pandang: shoots dari kiri ke kanan, atas bawah, jauh ke dekat dan Time (perhatikan waktu dan deadline, kapan foto harus jadi), tegas Rakhmat.

Usai mendapat materi, sesi praktek yang ditunggu-tunggu pun tiba. Semua peserta yang memang sudah membawa kamera langsung mencoba memotret berbagai obyek baik yang ada di ruang pelatihan maupun di area FISE UNY. Tak pelak lagi, pembicara, moderator, ketua panitya menjadi model dadakan. Suasana menjadi riuh, penuh canda, karena masing-masing berusaha mencari “angle”  yang pas, mencari obyek yang unik, juga berusaha memotret secara “candid”. Hasil potret peserta kemudian dinilai, diberikan masukan oleh pembicara dan lima foto akhirnya terpilih menjadi foto terbaik.

Sebelumnya, Dekan FISE,  Sardiman, AM, M.Pd. adalam sambutannya mengatakan Fotografi sangatlah penting karena di dalamnya terdapat unsur kepedulian, kreatifitas dan mengasah jiwa seni seseorang. Fotografer juga dituntut untuk mampu mengambil gambar dan mendokumentasikan kegiatan sesuai dengan kaidah jurnalistik dan layak untuk dipublikasikan di media massa maupun media internal. Program kegiatan ini sangatlah menunjang kinerja kehumasan. Kegiatan kehumasan mencakup pengiriman realease ke media massa, pembuatan berita dalam majalah internal dan pemuatan berita di website. Yang semua kegiatan tersebut tentunya membutuhkan foto atau gambar yang mempunyai nilai berita, ujarnya .(Isti & lensa)