TUGAS YANG MUDA LESTARIKAN BUDAYA GEJUG LESUNG

“Kalau di masing-masing Dusun di Desa Triharjo punya satu anak muda seperti mbak suci, saya rasa kita tidak perlu lagi takut kesenian kita punah.”  Ujar Suwardi S.Pd  Kepala Desa Triharjo, Pandak Bantul dalam sambutan di pementasan Gejug Lesung yang digelar Sabtu (21/4) di Dusun Gunturan, Triharjo, Pandak, Bantul. Pentas Gejug Lesung yang merupakan kesenian asli dari daerah tersebut merupakan hasil dari PKMM (Program Kreativitas Mahasiswa Mandiri) mahasiswa program studi (prodi) Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P. IPS) Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) tahun 2012. Sekitar 100 orang hadir dalam pementasan tersebut termasuk, dosen prodi P. IPS Taat Wulandari, M. Pd, Camat Pandak, Kepala Desa beserta jajaran pemerintahan di dusun Gunturan, Triharjo, Pandak, Bantul. Program PKMM yang didalangi oleh Suci Patmasari, Wasis Suprapto dan Nuri Subekti ini berjalan dengan sukses dan mendapat sambutan yang antusias dari warga sekitar.

Suci menuturkan, awalnya kesenian ini hanya dimainkan oleh para orang tua, sehingga proses regenerasi Gejog Lesung pun terhambat. Oleh sebab itu, mereka melakukan inovasi yaitu memilih pemuda-pemudi Dusun Guturan menjadi pemain Gejog Lesung dan menunjuk pemain lama menjadi pendamping pelatihan. Gejog Lesung ini dimainkan oleh 35 orang pemuda pemudi dengan menggunakan 4 buah lesung sebagai alatnya. “Kami merasa bangga selain kami dapat membantu melestarikan budaya gejug lesung, dalam pementasan ini kami buat sedikit berbeda karena kami berhasil mengkolaborasikan kesenian Gejog Lesung dengan kesenian Pekbung yang juga merupakan kesenian tradisional lainnya”  ungkap Suci.

Dalam proses awal hingga akhirnya bisa dipentaskan, mereka tentunya tidak mengalami perjalanan yang mulus, banyak halangan dan rintangan. Namun mereka tetap terus berjuang bersama. Seperti dikisahkan Wasis, “Saat pertama kali kami mengadakan sosialisasi program antusiasme warga terutama pemuda-pemudinya sangat sedikit. Namun, seiring berjalannya waktu antusiasme warga pun tinggi. Tidak hanya pemuda-pemudi, orang tua, bahkan anak-anak pun ikut berbondong-bondong datang menyaksikan pelatihan Gejog Lesung." urainya bersemangat.

Nuri menambahkan, “Setelah berlatih rutin selama tiga bulan akhirnya kami pun menggagas tentang perlunya pementasan kesenian Gejog Lesung. Pementasan ini sendiri dilaksanakan sebagai salah satu media promosi kepada warga Dusun Gunturan pada khususnya dan pemerintah terkait pada umumnya. Acara dihadiri oleh Kepala Dukuh, Kepala Desa, dan Camat Pandak ini berlangsung secara meriah. Tak heran setelah pementasan berbagai sambutan pun kami terima baik dari masyarakat sekitar maupun dari pejabat pemerintah terkait” tuturnya.

Dalam sambutannya, Taat Wulandari menyampaikan agar pelestarian Gejog Lesung ini tidak berhenti sampai disini, perlu ada kerjasama semua pihak untuk menjaga dan melestarikan kesenian ini supaya tidak dikemudian hari tidak punah. (sari)