Wahyudi Iman Satria: Mengawinkan Prestasi, Aktifis dan Akademis

Menemukan jalannya. Mungkin begitulah yang dirasakan oleh Wahyudi Iman Satria Mahasiswa Prodi Administrasi Negara FISE UNY. Peraih dua emas, satu perak dan satu perunggu di Kejuaraan Nasional Panahan antar UKM dan PPLM tahun lalu. Jauh sebelum menemukan jalannya dalam olahraga panahan, Iman -begitu biasanya ia dipanggil- pernah menekuni berbagai macam bidang olahraga.

Terlahir dari seorang ibu yang merupakan atlit Judo nasional, kecintaan Iman terhadap dunia olahraga telah tumbuh sejak sedari kecil. Pada mulanya Iman menggeluti olahraga yang paling populer yaitu sepak bola, sama dengan kebanyakan anak-anak lainnya. Tetapi Ia merasa bahwa sulit untuk berprestasi dalam olahraga ini karena banyak saingannya.

Lantas Ia pun hijrah ke olahraga renang. Dari olahraga yang ditekuninya selama dua tahun ini, Ia sempat meraih juara tiga di tingkat kabupaten. Tapi hatinya tetap merasa belum “sreg”. Ia masih merasa bahwa olahraga renang bukanlah “jalannya”. Faktor ketiadaan pelatih professional Ia akui sebagai faktor penyebab utama.

Jenuh dengan renang, pada kelas tiga SMP Ia mulai mencoba-coba bulutangkis. “Setelah renang, saya mencoba olahraga bulutangkis. Tetapi setelah berlatih sekian lama, prestasi dari olahraga ini tak kunjung saya dapatkan”, ujar pria kelahiran Samarinda, Kalimantan Timur ini.

Tiga bulan berlatih, langsung sabet emas

Sempat vakum dari dunia olahraga selama beberapa bulan, pria yang lahir pada tanggal 17 September 1990 ini akhirnya seperti menemukan jalannya. Pada kelas satu SMA Ia dikenalkan dengan olahraga panahan oleh teman ibunya. Alhasil, Ia merasa menemukan jalannya melalui panahan. Dari olahraga yang ditekuninya hingga kini ini Ia mampu meraih tiga emas sekaligus pada Pekan Olahraga Pelajar Nasional pada tahun 2007. Dan yang luar biasa ialah Ia meraih emas tersebut hanya tiga bulan setelah Ia latihan untuk pertama kalinya.

Praktis setelah itu, seakan “emas” telah menjadi langganan mahasiswa prodi Administrasi Negara FISE UNY ini. Pada tahun 2009 Ia meraih dua emas, satu perak, dan dua perunggu pada Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional. Sedangkan pada tahun 2010 Ia mengantongi pula dua emas, satu perak dan satu perunggu di kejuaraan nasional Panahan antar UKM dan PPLM.

Mengawinkan prestasi, aktifis dan akademis

Tidak berhenti pada bidang olahraga semata. Iman juga sangat peduli dengan fenomena social yang melanda bangsa ini. Sebuah alasan yang melandasi pilihannya untuk kuliah bukan di jurusan yang berhubungan dengan keolahragaan.

“Saya sangat senang berdiskusi tentang masalah-masalah social. Berusaha menemukan solusi bagi perubahan masyarakat”, ujarnya. Karena hal itulah Ia mengaku tidak merasa kesulitan untuk menerima materi-materi kuliah. Alhasil, IPK sampai semester ini masih 3,68. “Semoga semester depan bisa tetap cumlaude”, harapnya.

Iman tidak berhenti pada upaya peningkatan nilai akademis semata. Diakuinya bahwa organisasi mampu membentuk kemandirian dan karakter. “Melalui organisasi ini saya dapat turut menumbuhkan karakter. Selain itu, saya memilih berkecimpung dalam organisasi kerohanian untuk menambah pengetahuan tentang agama”, tutur Koordinator Satu UKMF Al-Ishlah FISE UNY ini.

Ia berpesan kepada seluruh mahasiswa FISE untuk tidak takut terjun dalam organisasi. Stigma bahwa organisasi mengganggu waktu belajar atau berprestasi tidaklah benar. Justru dengan organisasi maka dapat meningkatkan kapasitas dan kualitas. Ada banyak hal yang tak didapatkan melalui bangku kuliah, tapi bisa digali di organisasi.“Hal terakhir yang ingin saya katakan ialah jangan pernah melupakan olahraga, karena olahraga dapat membuat tubuh menjadi sehat”, ujarnya sambil tersenyum. [triyanto]