WARDIMAN DJOJONEGORO BERBAGI KISAH PROSES PENGAJUAN NASKAH CERITA PANJI SEBAGAI MoW UNESCO

Apa dongeng pengantar tidurmu? Masihkah ingat dongeng keong emas atau ande – ande lumut yang sering dipentaskan dalam drama saat pesta peringatan 17an di kampung? Atau kisah perjuangan pangeran Diponegoro? Mungkin pernah juga mendengar tokoh-tokoh populer seperti: Raden Inu Kertapati alias Panji Asmarabangun? Dewi Sekartaji alias Galuh Candrakirana? Atau Panji Semirang alias Kuda Narawangsa?Semoga kenangan akan cerita itu masih ada dan akan dilanjutkan diceritakan kembali ke anak cucu kita nanti. Ya, Indonesia mempunyai banyak sekali dongeng yang berasal dari sejarah leluhur kita, cerita – cerita tersebut diatas bagian dari cerita rakyat Jawa terkenal yang kemudian disebut Cerita Panji.
Mengutip Wikipedia, Cerita Panji ialah sebuah kumpulan cerita yang berasal dari Jawa periode klasik, tepatnya dari era Kerajaan Kadiri. Isinya adalah mengenai kepahlawanan dan cinta yang berpusat pada dua orang tokoh utamanya, yaitu Raden Inu Kertapati (atau Panji Asmarabangun) dan Dewi Sekartaji (atau Galuh Candrakirana). Cerita ini mempunyai banyak versi, dan telah menyebar di beberapa tempat di Nusantara (Jawa, Bali, Kalimantan, Malaysia, Thailand, Kamboja, Myanmar, dan Filipina).
Cerita rakyat seperti Keong Emas, Ande-ande Lumut, dan Golek Kencana juga merupakan turunan dari cerita ini. Karena terdapat banyak cerita yang saling berbeda namun saling berhubungan, cerita-cerita dalam berbagai versi ini dimasukkan dalam satu kategori yang disebut "Lingkup Panji" (Panji cycle).

Cerita Panji merupakan bagian dari sejarah Indonesia yang sangat berharga. Oleh karena itu, membuat Wardiman Djojonegoro, Mendikbud yang menjabat pada era BJ Habibie sebagai presiden untuk menggalang dukungan agar cerita Panji bisa masuk dalam warisan warisan Ingatan Kolektif Dunia atau Memory of World (MoW) United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Dan Rabu (21/2) kemarin, dalam Kuliah Umum Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) Wardiman menceritakan seperti apa “ Proses Pengajuan Naskah Cerita Panji sebagai Memory of the World (MoW)”, di ruang Ki Hadjar FIS UNY. Di hadapan kurang lebih 200 mahasiswa FIS UNY, yang sebagian besar merupakan mahasiswa prodi Ilmu Sejarah dan prodi Pendidikan Sejarah. Wardiman menceritakan, “Betapa berharganya sejarah yang dimiliki Indonesia. Niat awal ingin mendaftarkan cerita Panji ke MoW, karena ingin meluruskan cerita perjuangan Pangeran Diponegoro, setelah selama 3 hari saya membaca buku setebal lebih kurang 900an halaman karya Pieter Carey. Saat itulah saya tergugah untuk mendaftarkan cerita Panji ke MoW” terangnya bersemangat.
Diceritakan Wardiman, ia menggalang dukungan sejak tahun 2015 hingga akhirnya pada 1 April 2016, perpusnas mengirimkan 76 naskah untuk dinominasikan Mow Unesco. Selanjutnya diputuskan untuk mengajak Perpustakaan Nasional (Perpusnas) baik Asia maupun Eropa yang mempunyai Naskah Panji untuk ikut nominasi. Nominasi bersama ini memang diharapkan oleh Unesco dan memperkuat kesempatan untuk terpilih. Perpusnas tersebut adalah : Malaysia, Kamboja, Thailand, British Library, dan Universitas Leiden. Para perpustakaan tersebut menyambut dengan baik ajakan ini. British Library menurut aturan di British Library tidak ikut nominasi, tetapi mendukung nominasi ini dengan mengirimkan Letter of Support.
Pada Februari 2017-satu tahun kemudian- 3 Negara ikut menandatangani Nominasi. British Library mengirim dukungan dengan Letter of Support. Thailand tidak ikut menandatangani Nominasi. Indonesia melampirkan 76 Naskah Panji; Malaysia melampirkan 7 Naskah Panji; Kamboja 1 naskah Panji, Universitas Leiden melampirkan 252 naskah Panji dari berbagai daerah, dengan 8 bahasa lokal. Dan akhirnya keputusan dari MoW Unesco diumumkan pada Oktober 2017, dan cerita Panji resmi tercatat dalam MoW UNESCO.
Dengan menceritakan kisah perjalanan atau proses pengajuan Naskah Cerita Panji ini, Wardiman berharap, “Mudah – mudahan, setelah mendengar cerita ini Sadara terpanggil, bahwa mempelajari sejarah itu Asyik. Dan akan semakin menghargai sejarah” ungkap Wardiman. (Sari)