GURU IPS HARUS MEMAHAMI MASALAH MASYARAKAT

Ilmu Pengatahhuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran di SD dan SMP yang tujuan utamanya adalah membentuk karakter siswa dan membantu siswa memecahkan permasalahannya. Masalah anak selalu bersumber dari masalah keluarga dan lingkungannya. Karena itu guru IPS  harus memahami dan menghayati berbagai permasalahan masyarakat. Tanpa pemahaman dan penghayatan terhadap berbagai fenomena kemasyarakatan, guru IPS hanya akan mengajarkan teori tanpa memahami praktiknya. Demikian poin penting yang disampaikan Dosen Jurusan Pendidikan IPS Supardi M.Pd. saat memimpin kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Jurusan Pendidikan IPS di Laboratorium IPS FIS UNY Bokoharjo Prambanan belum lama ini.

“Dengan kita berempati terhadap masalah-masalah masyarakat, akan mendekatkan kita akan berbagai akar persoalan. Dengan begitu mahasiswa akan mampu mengoptimalkan otak, tangan, dan hati” tegas Supardi di  hadapan 86 mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS angkatan 2009. “Apabila kalian ingin menjadi guru ideal,  jangan hanya pandai di dalam kelas, tetapi juga harus diterima masyarakat” tambah dosen yang sedang menyelesaikan studi S3 di Pascasarjanan UNY ini.

 Kegiatan yang berlangsung selama enam hari tersebut  menggunakan konsep home stay atau tinggal di rumah penduduk. Setiap mahasiswa secara berklompok tinggal di rumah penduduk yang sebagian besar keluarga prasejahtera. Ada yang tinggal bersama petani, tukang batu, buruh, pedagang pasar, dan sebagainya. Secara multidisiplin mahasiswa menggali berbagai informasi kaitannya dengan dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap tingkat hidup masyarakat Bokoharjo. Selain mengamati kegiatan sehari-hari penduduk, mahasiswa juga melakukan wawancara dengan tokoh masyarakat. Pada hari terakhir setiap  kelompok mempresentasikan hasil pengamatan dan mendiskusikan penyelesaiannya.

Dalam KKL tersebut mahasiswa tidak sekedar tinggal bersama penduduk, tetapi juga melaksanakan kegiatan sehari-hari atau rutinitas penduduk. Ada yang pergi ke pasar ikut berjualan, ke sawah menanam padi, atau ke sungai mencari batu.  Terpisah Ketua  Jurusan Pendidikan Sejarah FIS UNY Sugiharyanto, M.Si. mengungkapkan bahwa kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap tahun. Dijelaskan Sugiharyanto kegiatan ini dimaksud untuk memberi bekal kompetensi kepribadian, profesional, dan sosial. (MR SPD)