MENELISIK INDUSTRI PERFILMAN DAN BUDAYA MENONTON FILM INDONESIA

Laboratorium Komunikasi dan Media (LKM) Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) Kembali menyelenggarakan kegiatan diskusi BISIK (Bincang Asik) yang ke 6. Diskusi kali ini mengangkat tema ”The Next Trendsetter : Menelisik Industri Perfilman Indonesia”. Kegiatan BISIK kali ini diselenggarakan pada Jumat, (26/11) lalu, pada pukul 19.00 WIB sampai dengan pukul 21.20 WIB melalui platform Zoom Meeting. BISIK#6 diselenggarakan dengan tujuan memperdalam pengetahuan dan pemikiran kritis mengenai fenomena yang terjadi, khususnya mengenai kondisi perfilman di Indonesia dan di dunia pada umumnya.
Pemantik diskusi pada BISIK#6 kali ini adalah seorang dosen Ilmu Komunikasi UGM dan presiden Jogja-NETPAC Asian Film Festival, Budi Irwanto, Ph.D. atau akrab disapa Mas Budi. Pada kesempatan tersebut Budi membahas mengenai Trend Industri Film dunia beserta berbagai pergeseran-pergeseran Industri film yang terjadi saat ini dari sisi akademik. Pemantik kedua diskusi kali ini yaitu seorang sutradara perempuan di Ruang Basbeth Publishing company, Lyza Anggraheni. Pemantik kedua berbicara mengenai peta kondisi dan masa depan perfilman di Indonesia.
Budi menyampaikan materi diskusi yang berjudul “Mencandra tendensi sinema Indonesia dan masa depannya”. Beliau memaparkan bahwa kemajuan teknologi saat ini sangat mempengaruhi industri film dunia, khususnya Indonesia. Salah satu pengaruhnya adalah pergeseran budaya menonton film yang semula di bioskop menjadi dapat diakses melalui berbagai layanan streaming. Namun, beliau menggaris bawahi bahwa bioskop tidak akan mati meskipun telah banyak layanan penandingnya. Pada masa pandemi ini beliau juga memaparkan bahwa terdapat penurunan produksi film di Indonesia jika dibandingkan dengan tahun 2019 yang berhasil memproduksi 129 film.  Selain itu, Beliau juga menjelaskan mengenai Disrupsi dalam media yang salah satunya berisi mengenai New Business model and intellectual property yang membahas mengenai persoalan pembajakan film yang banyak beredar saat ini.
Selanjutnya, Lyza Anggraheni melalui tanya jawab bersama moderator melihat adanya angin segar pada industri perfilman Indonesia untuk meningkatkan kualitas, sehingga mampu bersaing di perfilman dunia. Hal tersebut disampaikan dengan melihat berbagai prestasi film-film Indonesia yang mendapat berbagai penghargaan di kancah internasional. Selain itu, film-film Indonesia juga melihatkan kualitas yang sangat baik diproduksi pada masa pandemi Covid-19 yang tentunya akan membutuhkan pengorbanan yang sangat besar. Lyza juga mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia juga melihatkan kepedulian terhadap perfilman Indonesia. Kepedulian pemerintah terlihat dengan memberikan berbagai pendanaan untuk produksi film, dukungan untuk berbagai festival film, serta bekerja sama dengan berbagai produser film untuk membuat film pada Pekan Kebudayan Nasional di berbagai daerah yang juga diikuti oleh Lyza sebagai Co-Producer. Lyza juga melihat masa depan dunia Perfilman Indonesia yang semakin baik dan berharap apa yang Beliau lihat dapat segera terwujud. (Fia/sari)

Tags: