Mahasiswa FISHIPOL UNY Ikuti Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami (SLG)

Sejumlah enam mahasiswa Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial, Hukum, dan Ilmu Politik Universitas Negeri Yogyakarta (FISHIPOL UNY). Ke-enam mahasiswa yang terdiri dari Anzilna Vania Windy Safira, Aribah Luthfi Ardayani, Dinda Para Widya, Gunawan Sahrul Haj, Iqhbar Alqhoza Fathullah, dan Septiana Tri Handayani bertindak sebagai observer didampingi dosen Pendidikan Geografi FISHIPOL UNY, Nurul Khotimah, dalam Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami (SLG) yang digelar oleh Stasiun Geofisika BMKG Sleman pada Senin dan Selasa (10-11/7) di Gedung Pertemuan Kompleks II Pemda Bantul dan wilayah Parangtritis, Bantul, DIY.
Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami (SLG) merupakan rangkaian pelatihan mitigasi guna meningkatkan pemahaman informasi gempabumi dan tsunami, sesuai dengan 17 tujuan program pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goal (SDGs). Hal ini mendukung Indonesia dalam agenda pembangunan nasional yang selaras dengan indikator SDGs nomor 11 dan 13: yaitu (point 11) kota dan permukiman berkelanjutan, dikarenakan wilayah Bantul selatan memiliki potensi ancaman bencana dan potensi sosial ekonomi melalui pariwisatanya di pesisir pantai, sehingga menjadi pusat berbagai kegiatan dan salah satunya tempat permukiman, sehingga perlu bangunan infrastuktur tangguh bencana. Sedangkan di point 13, tentang penanganan perubahan iklim berfokus pada peningkatan ketahanan bencana dan iklim, melalui upaya strategi penanggulangan bencana karena wilayah Bantul selatan yang dekat patahan lempeng sebagai pusat megathrust yang rawan gempa dan tsunami menjadikan wilayah ini harus mampu melakukan penanganan khususnya bencana.
Kegiatan SLG bersama Perangkat Desa Parangtritis, Tirtohargo, Srigading, Gadingsari, dan Poncosari, BPBD, Sekolah, Komunitas, TNI, POLRI, dan media, turut didukung BMKG Pusat Jakarta dalam monitoring serta memfasilitasi guna memastikan 5 desa mampu melakukan mitigasi dan penanganan mandiri dalam menghadapi bencana. Selain itu hasil dari kegiatan ini diharapkan 5 desa tersebut pantas mendapatkan pengakuan tsunami ready community berbasis 12 indikator. Aspek yang harus dikuasai peserta adalah penilaian potensi bahaya (assessment), kesiapsiagaan (preparedness), dan respon yang telah ditetapkan oleh UNESCO-IOC secara internasional oleh UNESCO. Hal tersebut selaras dengan rencana strategi nasional penanggulangan bencana sesuai dengan slogan Kabupaten Bantul yang siap, sigap, dan aman. Kegiatan SLG diawali pembukaan oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati. Dalam sambutannya Dwikorita menyampaikan “DIY sebagai salah satu Provinsi yang memiliki potensi bencana tsunami, oleh karena itu menjadi hal urgent dirancang strategi untuk penanganannya, salah satunya dengan menyelenggarakan kegiatan SLG ini.” papar Dwikorita.
Dalam SLG kali ini peserta diminta untuk mengerjakan pre-test bagi peserta, pemaparan produk informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami, peta bahaya dan kesiapsiagaan bencana, masyarakat siaga tsunami IOC-UNESCO. Selain materi tersebut, Dwikorita juga memaparkan tentang 12 indikator tsunami ready dan verifikasi tsunami ready serta table top exercise pada hari pertama. Hari kedua dilakukan susur jalur evakuasi tsunami pantai Parangtritis, tsunami game board, pengerjaan post-test, pemberian rekomendasi untuk 5 desa, ditutup dengan penyerahan sertifikat 12 indikator, hadiah test, dan foto bersama.
“Kami dapat merasakan dan memahami secara langsung sikap yang harus dilakukan ketika gempabumi, terutama ketika peringatan dini tsunami, ikut memperkiraan jarak dan waktu tempuh lokasi evakuasi dengan waktu datangnya gelombang, memahami alur komunikasi stakeholder saat peringatan dini tsunami demi mengutamakan keamanan dan perlindungan masyarakat. Adanya sekolah lapang gempabumi dan tsunami kami bisa mengetahui pelaksanaan mitigasi bencana tsunami di lapangan secara benar dan tepat berbekal teori yang telah kami pelajari sebelumnya.” Ujar kelompok mahasiswa sebagai observer. Sebagai mahasiswa khususnya Pendidikan Geografi sudah seharusnya menyadari adanya ancaman dan potensi bencana nyata serta pentingnya sosialisasi tentang mitigasi dini bencana berbagai wilayah, mampu merepresentasikan dan mensosialisasikan arti penting pemahaman dan pengetahuan tentang ancaman dan potensi bencana nyata melalui mitigasi yang baik dan benar kepada masyarakat. (Epi&Sari)

Tags: