MAKNA KURBAN LEBIH DALAM DARI PENDIDIKAN KARAKTER

Sebagian besar umat islam merayakan hari raya Idul adha 1432 H pada hari Minggu (6/11) lalu. Pada hari itu umat islam melakukan sholat Ied dilanjutkan penyembelihan hewan kurban. Namun tidak demikian  dengan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) yang melaksanakan penyembelihan hewan kurban pada hari Selasa (8/11). Sebanyak 2 kambing dimasak untuk makan bersama seluruh keluarga besar FIS UNY dan 2 kambing lainnya disembelih langsung oleh Wakil  Dekan III FIS UNY, Dr. Suharno, M.Si. dihalaman belakang FIS UNY yang kemudian dibagikan pada pegawai golongan 2 dan pegawai honorer dan kontrak di lingkungan FIS UNY. Menurut Suharno kegiatan ini rutin dilakukan setiap tahunnya. Bahkan, tegasnya, sejak sebelum menjabat menjadi wakil dekan kegiatan ini sudah ada. “Saya akan tetap mendukung kegiatan ini walaupun saya sudah tidak menjadi wakil dekan lagi suatu hari nanti” ungkapnya saat diwawancarai di ruang kerjanya siang hari usai penyembelihan.

Ibadah kurban adalah bagian dari pendididikan karakter yang sedang digelorakan oleh FIS UNY belakangan ini. Namun, menurut Suharno, makna kurban jauh dan lebih dalam dari pendidikan  karakter. “Pendidikan karakter adalah  bagian dari upaya untuk mendekatkan dan menangkap nilai-nilai yang baik dari ajaran berkurban serta merupakan instrument untuk menangkap nilai  luhur  dari kurban sehingga pendidikan karakter berfungsi untuk menginstumentalisasi nilai-nilai kurban dalam kehidupan,” papar dosen PKnH FIS UNY tersebut.

Suharno menambahkan makna kurban adalah sebagai bentuk pendekatan hamba kepada sang pencipta dan sebagai komitmen kepedulian sosial, antara yang mampu kepada yang tidak mampu meskipun pelaksanaan masih sangat minimal mengingat banyak diantara dosen dan pegawai yang sudah berkurban di lingkungan tempat tinggal  masing-masing sehingga apabila dipaksakan untuk berkurban di Fakultas akan mengurangi nilai-nilai sosial ditengah-tengah masyarakat. “Kita hidup supaya memberi manfaat kepada sesama, apabila semua berkurban di Fakultas akan kurang memberi manfaat pada masyarakat sekitar,” tuturnya.

Lanjut suharno, makna kurban bisa dilihat dari sisi internal maupun eksternal. Secara internal ibadah kurban mengajarkan shohibul kurban untuk merefleksi diri bahwa sebagai hamba perlu mengutamakan nurani yang baik dalam hidup. Selain itu penyembelihan  hewan kurban sebagai simbol menghilangkan keburukan  yang ada pada diri manusia seperti sifat egois, karena sifat buruk manusia sering diidentikan dengan sifat binatang. Sedangkan secara eksternal ibadah kurban berfungsi sebagai nilai syiar untuk mengajak pada kebaikan. “Untuk kedepan dan seterusnya kegiatan kurban ini perlu dikelola dengan baik dengan mengutamakan akuntabilitas,” paparnya di akhir wawancara. (Eko)