MAHASISWA FIS UNY, LOLOS PKM-P DIKTI DENGAN RUMAH DOME

Keberadaan rumah Dome di Indonesia khususnya di daerah Ngelepen prambanan Yogyakarta menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat disekitarnya. sebagai satu-satunya pemukiman rumah dome terbesar di Indonesia bahkan di asia tenggara, rumah dome banyak dijadikan sebagai kajian dalam berbagai ilmu. Tidak hanya keunikan dalam segi bentuk bangunannya, namun juga kehidupan sosial dan budaya masyarakat yang tinggal di dalamya. Melihat bentuk rumah dome sangat berbeda jauh dengan bentuk rumah di Yogya pada umumnya. Rumah masyarakat jawa pada umumnya, banyak ventilasi udara dan lebih terbuka, sedangkan rumah dome cenderung lebih tertutup. Dengan perubahan yang terjadi pada rumah dan lingkungan  masyarakat tersebut memberikan motivasi Dwi Nur Rahayu, Alif wulandari ( P.IPS 2009) dan Asep Sumiaji (PKNH 2010) mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) melakukan penelitian dalam rangka kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa – Penelitian (PKM-P) yang diselenggarakan oleh DIKTI. Menurut Dwi, “Kegiatan ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan bagaimana kondisi sosial budaya masyarakat desa Ngelepen yang tinggal di rumah dome. Apakah telah terjadi perubahan sosial budaya didalamnya?” ungkapnya.

Dari hasil penelitian yang mereka lakukan, terdapat hubungan antara kondisi rumah dan lingkungan terhadap kondisi sosial budayanya. Hal ini disampaikan Alif bahwa, “Kondisi lingkungan yang berubah bisa dilihat dari masyarakat yang awalnya tinggal di daerah dengan pola pemukiman tersebar, sekarang berlompok. Hal tersebut meningkatkan intensitas komunikasi, Dalam hal ini yang terjadi cenderung kontak sosial positif sehingga menghasilkan manfaat bagi masyarakat.Bisa dilihat dari interaksi masyarakat luar kompleks yang banyak berkunjung di rumah dome, sehingga menimbulkan ide dan variasi hidup yang baru.”urainya. Ia pun menambahkan, adanya rintisan desa wisata menyebabkan aktivitas ekonomi masyarakat yang lebih beragam, dari yang awalnya hampir semua warga bermatapencaharian sebagai petani, sekarang muncul usaha warung, jasa dan industri rumah tangga. Dari aspek kesenian pun juga, bisa dilihat dengan munculnya kesenian baru yaitu Rondha Thek-thek yang muncul baru-baru ini. Peralatan rumah tangga masyarakat juga berubah, dari yang awalnya sebagian besar menggunakan kayu bakar sekarang beralih menggunakan kompor gas.

Selain itu menurut penuturan beberapa warga, guna mengimbangi bentuk rumah yang cenderung sempit dan design ruangan yang lebih modern, sekarang masyarakat menggunakan barang elektronik yang beragam dan lebih menjaga kebersihan dan kerapian,. Dalam sistem kemasyarakatanya pun, sekarang menjadi masyarakat yang lebih domokratis. Hal ini ditunjukan pada proses pemilihan ketua Rt. Awalnya hanya menggunakan sistem penunjukan langsung sekarang menggunakan pemungutan suara.

Sedangkan Asep, ikut menambahkan, “Dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi juga terjadi perubahan, yaitu peningkatan kebutuhan informasi, beberapa warga yang awalnya tidak mengakses informasi dari surat kabar maupun internet, sekarang  mulai menggunakan akses internet dan sering membeli Koran.” imbuhnya. Selain dari segi budaya perilaku masyarakat juga mengalami perubahan, dengan kondisi banguann yang sempit, masyarakat sering mengalami gerah badan karena panas sehingga kegiatan sore hari masyarakat sering diisi dengan duduk-duduk bersama warga yang lain sampai menjelang malam., Hal tersebut sebagai salah satu usaha untuk mendapatkan angin segar sekaligus menjaga kekerabatan. Walaupun dari segi kualitas  hidup sudah mulai modern dan maju namun kebudayaan khas yang menjadi jati diri masyarakat hendaknya tetap dilestarikan terlebih dengan dijadikannya Kompleks rumah dome sebagai rintisan desa wisata. (dwi/sari)