DIVISI KASTRAT HMPG UNY KUNJUNGAN STUDI KE WALHI

Seiring dengan pertambahan penduduk di kota Yogyakarta luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) akan semakin menipis untuk keperluan tempat tinggal. Dengan berkurangnya RTH mengakibatkan munculnya berbagai permasalahan yang dihadapi tatkala memasuki musim penghujan dan musim kemarau. Seperti yang bisa dilihat seperti saat ini ketika musim penghujan tiba di kota Yogyakarta dan sekitarnya banyak ditemui genangan-genangan air yang terjadi disekitar jalan raya dan pemukimam warga.
Melihat sering terjadinya masalah diatas, Himpunan Mahasiswa Pendidikan Geografi (HMPG), Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) melalui divisi KASTRAT (Kajian Strategis) melakukan kunjungan studi ke Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Yogyakarta. Kunjungan studi (Hearing) ini merupakan keberlanjutan dari forum diskusi peningkatan kapasitas (PENTAS) yang sebelumnya membahas drainase. Kunjungan studi dilaksanakan pada Senin (16/12) bertempat di sekretariat Walhi Yogyakarta. Dalam kunjungan studi ini diikuti oleh pengurus HMPG 2013 dan mahasiswa Pendidikan Geografi. Kunjungan studi kali ini membahas tentang permasalahan “Drainase dan Ruang Terbuka Hijau (RTH).” Pembicara dalam forum diskusi kali ini adalah Direktur Walhi, Halik Sandera dan anggota pengurus Walhi. Dalam pemaparannya Halik Sandera mengungkapkan, “Permasalahan drainase yang mengakibatkan genangan-genangan dibeberapa titik di kota Yogyakarta dan sekitarnya akibat adanya masalah di drainase itu sendiri. Kurangya perawatan drainase secara berkala mengakibatkan tumpukan sampah dan lumpur menumpuk di saluran yang menghambat laju air. Selain itu, berkurang ruang terbuka hijau jaga ikut andil besar dalam menyebabkan genangan air” ungkap Direktur Walhi dalam sesinya.
Halik menambahkan, permasalahan genangan air yang ada disekitar jalan kota dan di titik-titik tertentu karena pada daerah tersebut terjadi masalah di drainase dan ruang terbuka hijau yang semakin terkikis. Seperti di jalan Colombo sebelah selatan lapangan sepak bola UNY masih dikategorikan genangan bukan banjir. di jalan Colombo tersebut jika melihat konturnya sendiri lebih rendah jadi saat turun hujan air menuju kearah sana semua. Tetapi pandangan dari masyarakat awam genangan seperti di Colombo dikatakan banjir. Masalah banjir di kota pelajar tentu sangat dihindari dan jangan sampai terjadi seperti di Jakarta. Tentunya pemerintah terkait harus mementingkan dan memprioritaskan pembangunan yang tetap menjaga ruang terbuka hijau 30%. Melihat permasalahan tersebut, Halik menyampaikan salah satu solusi yaitu, “Langkah awal dalam mengatasi permasalahan drainase dan ruang terbuka hijau adalah perawatan secara berkala yang dilakukan oleh pemerintah melalui dinas yang terkait (Dinas PUP ESDM kota dan provinsi), selain itu dalam pembangunannya harus memperhitungkan berapa lama usia drainase tersebut dan berapa kapasitas air yang ditampung dalam beberapa tahun ke depan. Kemudian pembuatan embung atau penampung air, pembuatan lubang resapan (biopori), dan menjaga ruang terbuka hijau.” ungkapnya
Dari hasil kunjungan studi ini outputs yang diharapkan, mahasiswa jadi peka terhadap permasalahan drainase dan ruang terbuka hijau yang dihadapi kota Yogyakarta dan sekitarnya. Sebagai kaum intelektualitas diharapkan mampu mengaplikasikan ilmu dan pengalamannya untuk membangun kota Yogyakarta yang asri dan nyaman. Dari forum ini dapat disimpulkan bahwa prioritas pembangunan harus menuju kearah ramah lingkungan (eco friendly) yang tidak mendegradasi lingkungan dan ruang terbuka hijau. Semoga kota Yogyakarta sebagai miniatur indonesia menjadi provinsi yang menjungjung tinggi keharmonisan dan keselarasan dengan lingkungan.(Kholik/Sari)