PGSC Kembali Menggelar Diskusi Ilmiah

Mahasiswa Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta  (FIS UNY) pecinta diskusi yang tergabung dalam Physical Geography Study Club (PGSC) kembali menggelar diskusi ilmiah untuk yang ke-3 kalinya di ruang G01.214  FIS UNY, Jumat (21/2). Diskusi ilmiah yang mengusung tema “Pengaruh Bentuk Lahan Terhadap Perkembangan Peradaban Manusia di Masa Lampau” tersebut merupakan diskusi rutin yang dilaksanakan tiap bulan sejak diresmikannya PGSC sebagai komunitas belajar geografi fisik pada tanggal 23 Desember 2013. Meskipun tergolong kegiatan baru, namun kegiatan diskusi ilmiah ini mampu menyatukan mahasiswa geografi dari berbagai angkatan untuk bersama-sama mengkaji, mempelajari, dan mendiskusikan berbagai permasalahan tentang geografi fisik khususnya mengenai kenampakan bentanglahan.
Diskusi dilaksanakan dalam dua sesi. Sesi pertama merupakan diseminasi paper oleh alumni dan mahasiswa geografi FIS UNY. Dalam kesempatan tersebut, beberapa mahasiswa dan alumni mempresentasikan paper dengan berjudul “Aspek Morfologi dalam Kehidupan Masyarakat Pra-Modern di Sekitar Situs Candi Gunung Wukir dan Candi Gunung Sari”. Paper tersebut merupakan hasil observasi pada perkembangan bentanglahan di daerah sekitar situs Candi Gunung Wukir. Hasil observasi pada bentanglahan tersebut kemudian dikaji dan dikaitkan dengan kehidupan masyarakat pra modern di sekitar situs candi, khususnya pada saat perkembangan agama Hindu-Budha di Indonesia. Sementara itu, paper lainnya mengangkat judul “Aspek-Aspek Bentanglahan yang Mempengaruhi Perkembangan Permukiman Masa Lampau di Kompleks Candi Asu Kecamatan Dukun”. Hasil pembahasan pada paper tersebut mengindikasikan kemampuan masyarakat masa lampau dalam memilih tempat bermukim di sekitar kompleks Candi Asu yang saat ini termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Pada sesi kedua diskusi hadir Dosen Pendidikan Geografi, Arif Ashari, M.Sc sebagai keynote speaker. Pada diskusi kedua tersebut, Arif Ashari M.Sc memaparkan tentang Aspek Morfologi Candi Disekitar Lembah Sungai Progo. Dalam pemaparannya Arif menjelaskan keadaan bentanglahan pada kedua situs candi yang telah disampaikan pada diskusi pertama dapat menjadi kunci dari analisis mengenai bentanglahan dan kehidupan sosial budaya masyarakat pada masa lampau. Menurutnya, pembangunan permukiman dan kehidupan masyarakat masa lampau saat itu telah memperhatikan aspek bentanglahan meskipun ilmu yang mempelajari mengenai bentanglahan baru berkembang dewasa ini. Hal ini dibuktikan dengan keadaan bentanglahan di sekitar candi yang dekat dengan sumber air juga dikelilingi rangkaian vulkan yang menyebabkan tanah di sekitar daerah tersebut subur, dan cocok dijadikan pemukiman. Sedangkan menurut sudut pandang geomorfologi, morfogenesa daerah yang biasa dipilih oleh manusia masa lampau untuk mendirikan peribadatan (candi) dan permukiman antara lain daerah yang terletak pada deposisi sedimen dengan permeabilitas yang baik, dan tanah tidak bergerak.  Pada intinya bentanglahan masa kini merupakan kunci dari perkembangan bentuklahan di masa lampau. (Diana Prasastiawati)