Dosen FIS Mengikuti International Summer School on Pluralism, Development, and Social Change

Dalam rangka pengembangan kapasitas dan kompetensi diri, Halili, S.Pd., M.A., dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta, mengikuti The 2015 International Summer School on Pluralism, Development, and Social Change, yaitu pluralism knowledge program di bawah The Kosmopolis Platform, Universiteit voor Humanistiek (UvH) Utrecht, Belanda. Kegiatan dilaksanakan di Puncak Bogor, pada tanggal 28 Juli-13 Agustus 2015.

Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh sebuah joint initiative antara UvH/the University of Humanistic Studies dengan Hivos, sebuah Humanitarian Alliance dari Belanda, dan melibatkan sebuah kerjasama internasional meliputi PUSAD Paramadina (Jakarta, Indonesia), CRCS UGM (Yogyakarta, Indonesia), The Institute for Reconciliation and Social Justice of The University of Free State (Blomfontein, Afrika Selatan) dan Azim Premji University (Bangalore, India).
Sebagai partisipan Summer School, Halili belajar banyak mengenai teori, praktek, dan inisiatif-inisiatif baru untuk membangun tatanan dunia yang damai dalam aneka latar perbedaan. Dalam sesi-sesi Summer School peserta mendalami topik-topik seperti prejudices, pluralism in globalizing world, pluralism and religion, peace building, identity and social change, reconciliation, ecology and pluralism, protest, democracy and social change, democracy and new social movement, dan lain sebagainya. 
Materi inti disampaikan oleh para profesor dan pakar di bidang etika, hak asasi manusia, teori sosial-politik, studi perbandingan agama, pembangunan berkelanjutan, pemerintahan, dan pendidikan. Beberapa pengajar Summer School antara lain Caroline Suransky (Belanda), Henk Manschot (Belanda), Ram Kakarala (India), Zainal Abidin Bagir (Indonesia), Ihsan Ali-Fauzi (Indonesia), dan JC van de Merwe (Afrika Selatan).
Summer school tahun 2015 menggunakan aneka pendekatan kontekstual, yaitu ceramah interaktif, sharing, brainstorming, pemutaran dan diskusi film, workshop, kerja kelompok, workshop individual, kunjungan, wisata, dan kemah.     
Summer School diikuti oleh partisipan dari kalangan organisasi masyarakat sipil, aktivis, dan mahasiswa pascasarjana, yang diseleksi melalui mekanisme Hivos dan tiap negara (Indonesia, Belanda, Afrika Selatan, dan India). Peserta Summer School tahun ini berjumlah 19 orang; 4 orang dari Belanda, 4 orang Indonesia, 4 orang dari Afrika Selatan, 4 orang dari India, 2 orang dari Kenya, dan 1 orang dari Jerman.  
Summer School tersebut dilaksanakan setiap tahun sejak 11 tahun yang lalu. Tuan rumah kegiatan tersebut bergantian antara Belanda, Afrika Selatan, Indonesia, dan India. Tahun ini Indonesia bertindak sebagai tuan rumah dengan pelaksana PUSAD Paramadina.
Halili berharap keikutsertaannya akan bermanfaat tidak saja bagi dirinya sebagai akademisi, namun juga bagi Fakultas dan Universitas, antara lain melalui optimalisasi jaringan internasional dengan beberapa ilmuwan, praktisi, dan aktivis dari beberapa negara. (Eko)