JURUSAN PIPS FIS UNY RANCANG PENELITIAN BERSAMA JNU INDIA

Fakultas Ilmu Sosial UNY  merancang join research dan pertukaran dosen dengan Jawaharlal Nehru University (JNU) New Delhi India. Kegiatan dirancang dalam bentuk penelitian bersama antar dosen, pengiriman dosen tamu, dan kegiatan short course bagi dosen FIS UNY di JNU India. Demikian sebagian poin penting yang disepakati dalam diskusi perwakilan JNU Dr. Gautam Kumar Jha, dengan Dekan dan para dosen FIS UNY. Khusus dengan Jurusan PIPS FIS UNY, telah disepahami beberapa agenda yang segera ditindaklanjuti seperti shortcourse dan penelitian bersama.
Wakil Dekan I FIS UNY Dr. Taat Wulandari mengatakan bahwa FIS siap mendukung dan memfasilitasi upaya kerjasama  tersebut. “Kesempatan ini dapat dimaksimalkan melalui kegiatan penulisan jurnal, buku, maupun penelitian” tegas Taat. Sementara Ketua Jurusan Pendidikan IPS FIS UNY Dr Nasiwan berharap khususnya kepada para dosen IPS dan secara umum FIS UNY untuk segera menyiapkan draf penelitian maupun penulisan.
Selain diskusi persiapan kerjasama FIS UNY dan JNU India, dilanjutkan kuliah umum yang diisi oleh Asisten Profesor JNU Dr. Gautam Kumar Jha. Dalam paparannya Gautam menandaskan, bahwa secara biologis umur manusia  pada kisaran 60-70 tahun, tetapi dari sisi kebudayaan umur manusia bisa lebih dari 1000 tahun. Ketika manusia lahir lalu mengenal budaya, seperti sistem nilai, bahasa, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang prosesnya telah berlangsung ratusan hingga ribuan tahun yang lalu. Karena itulah manusia tidak mungkin melepaskan diri dari fitrah akar budayanya.  Studium General dengan tema “Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia dan India” berlangsung di Aula Ki Hadjar Dewantara FIS UNY Senin (24/7).  “Kita mengenal dan menggunakan bahasa lokal pada saat ini, tetapi bahasa tersebut tidak lahir bersamaan dengan kelahiran fisik kita. Kita tidak tahu kapan bahasa yang kita gunakan ini lahir, entah ratusan atau ribuan tahun yang lalu” tegas Gautam yang juga merupakan Kepala Pusat Studi Asia Tenggara JNU.
Gautam menambahkan, bahwa kehidupan manusia saat ini merupakan kontinuitas dari kehidupan masa lalu, sehingga pendidikan hendaknya selalu berakar pada perjalanan budaya masyarakat. Setiap kelompok masyarakat memiliki kebudayaan yang berjalan turun-temurun dan berinteraksi dengan berbagai kebudayaan di seluruh dunia. Interaksi antar kebudayaan tidak selalu berdampak positif pada kebudayaan kita, sehingga perlu menyaring kebudayaan yang sesuai dengan nilai-nilai kehidupan masyarakat. Untuk hal tersebu Gautam menekankan pentingnya pendidikan keluarga. Menurut Gautam, keluarga merupakan dasar utama pendidikan karakter anak.
Studium General yang dipandu dosen FIS UNY Dr. Supardi, M.Pd. tersebut dihadiri oleh 150 peserta mahasiswa dan para dosen FIS UNY.  Dalam kesimpulannya Supardi menandaskan bahwa India dan Indonesia perlu melakukan interaksi efektif guna mengembangkan pendidikan karakter, dikarenakan kedua bangsa memiliki karakter sosial budaya yang mirip. “Bagi orang India, Indonesia adalah cermin India, bagi bangsa Indonesia, India adalah saudara dekat. Kebudayaan India masih tumbuh subur dalam kehidupan masyarakat Indonesia, sehingga kedua bangsa perlu intensif berinteraksi membangun kehidupan masyarakatnya” tandas dosen yang pernah melakukan shortcourse di JNU India tersebut. (Mr.SPD)