YUDI LATIF: ILMU SOSIAL SELALU DIBUTUHKAN DI ERA KRISIS

“Salam Pancasila!” teriak Yudi Latif, Ph.d di depan 250 civitas akademika FIS UNY pada 15 September 2017. Berbalut pakaian adat Jawa, Ketua Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila ini membuka pidato ilmiahnya. Hadirin menyambut antusias salam yang baru ditetapkan melalui Keputusan Presiden tersebut.

Setelah beberapa kali mengajarkan cara merespon salam pancasila, Yudi membuka pidatonya dengan kalimat yang cukup provokatif. “Ilmu sosial selalu dibutuhkan di era krisis”, tegasnya. Selanjutnya ia menguraikan beberapa krisis sosial yang sedang kita alami saat ini. Sikap intoleran dan kebencian merajalela, hal ini berdampak pada kemerosotan kepercayaan diri anak bangsa. Menurutnya, prestasi Indonesia dalam Sea Games tahun ini merupakan insiden terburuk dalam sejarah olahraga bangsa ini. Bukan karena ketidakmampuan teknik, tetapi rasa percaya diri yang rendah di kalangan para atlet dan pemimpinnya. “Kalau sudah hilang percaya diri, penguasaan teknik apapun tidak akan mampu mengatasinya”, tukasnya.

“Dulu ketika awal kemerdekaan, bangsa Indonesia juga terpecah belah dalam beberapa fraksi tetapi ketika menghadapi ancaman asing, semua kompak mendukung Sukarno. Saat ini kondisinya tidak jauh berbeda, namun kita kurang kompak,” urai Yudi. Di awal kemerdekaan, Indonesia diuji dengan kemiskinan sekarang kita diuji dengan kekayaan. Banyak orang lolos dari ujian kemiskinan tapi jarang ada yang bertahan jujur dari ujian kekayaan, para koruptor itu,” imbuhnya lantang.

Di bagian lain pidatonya, Yudi menyoroti soal berita palsu dan ujaran kebencian. Penulis buku ‘Negara Paripurna’ ini menyebut jaringan Saracen sebagai bentuk dari industri kebencian.  “Saking banyaknya konsumen kebencian, ada orang yang bisa menjual kebencian dan untung miliaran rupiah,” katanya sambil geleng kepala. Kelompok seperti Saracen cukup banyak jumlahnya dan merongrong nilai-nilai bernegara.

Pada bagian akhir pidatonya, pejabat yang baru dilantik 2 bulan ini mengajak seluruh anggota masyarakat dipelopori oleh FIS UNY untuk membuka, mengingat dan mengamalkan Pancasila. “Indonesia ini negara yang besar, jangan membandingkan kita dengan Malaysia atau Singapura. Kita ini sebesar India, Cina dan Amerika wilayahnya tetapi suku bangsa yang hidup di Indoensia jauh lebih banyak daripada 3 negara tersebut. Sungguh penting menjaga toleransi untuk kebaikan bersama.” Seusai berpidato, Ketua UKP-PIP ini menandatangani kerjasama dengan Universitas Negeri Yogyakarta untuk mengelorakan Pancasila sebagai nilai-nilai bangsa Indonesia.