MAHASISWA UNY RAIH 3 PENGHARGAAN DALAM LOMBA INTERNATIONAL INTELLECTUAL PROPERTY, INVENTION, INNOVATION AND TECHNOLOGY EXPOSITION (IPITex 2018) DI BANGKOK THAILAND

Mahasiswa UNY berhasil mengharumkan nama Indonesia dalam lomba inovasi karya IPITEX 2018 (International Intellectual Property, Invention, Innovation And Technology Exposition) di Bangkok, Thailand, yang dilaksanakan 1 – 6  Januari lalu. Kompetisi ini diadakan oleh National Research Council of Thailand (NRCT) yang bekerjasama dengan Internation Federation of Inventor’s Associations (IFIA). Delegasi UNY ini berhasil meraih 3 penghargaan sekaligus dalam ajang IPITEX 2018 ( INTERNATIONAL INTELLECTUAL PROPERTY, INVENTION, INNOVATION AND TECHNOLOGY EXPOSITION) di Bangkok Thailand. Mereka berhasil meraih penghargaan Gold Medal dan Innovation Award kategori teknologi yang diberikan oleh Rektor University of Craiova Romania, dan Bronze Medal yang diberikan oleh National Research Council of Thailand (NRCT).
 Para mahasiswa yang menemukan inovasi tersebut terdiri dari Ersyah Yulia Nur (Pendidikan Sejarah/FIS), Alsa Rizki Safitri (Kimia/FMIPA), Mia Isnaningrum (Pendidikan Kimia), Muhammad Abdul Azis (Teknik Elektronika/ FT), dan Dedi Nurohman (Pedidikan Bahasa dan Sastra Indonesia/FBS). Inovasi yang mereka ciptakan yaitu REOSQUIDO (Reserve Osmosis Liquido). REOSQUIDO merupakan alat inovasi teknologi dalam proses produksi air bersih dan layak minum. Diungkapkan ketua tim Ersya,  “REOSQUIDO merupakan alat inovasi teknologi dalam proses produksi air bersih dan layak minum yang memanfaatkan bahan baku air laut. Untuk mendapatkan hasilnya harus melalui proses desalinasi, menggunakan metode evaporasi dari sinar UV dan mikrokontroller, hal tersebut yang dapat mengubah air laut menjadi air layak minum sekaligus kristal garam.” Ungkap Ersya.  
Semakin hari kebutuhan air bersih akan semakin susah, itulah alasan Reosquido dibaut dan berhasil mendapat 3 penghargaan karena inovasi dapat membantu orang banyak, hal ini dipaprkan Ersya kepada reporter sebagai berikut, “Alat ini diciptakan karena saat ini dalam pengadaan air bersih tidak merata dan cenderung sangat mahal yang disebabkan oleh letak geografis, keterbatasan akses serta lajunya pertumbuhan populasi manusia. Selain itu, keterbatasan air bersih juga disebabkan oleh pencemaran sumber air bersih dari limbah buangan, tentu saja berdampak pada kesehatan dan terbatasnya ketersediaan air bersih. Oleh sebab itu kami menciptakan alat ini sebagai solusi dan alternatif terhadap permasalahan ketersediaan air bersih yang sangat terbatas.” Paparnya menjelaskan.
Kompetisi ini diikuti oleh 24 negara yakni Kanada, China, Mesir, Hongkong, India, Indonesia, Iran, Jepang, Lebanon, Makau, Malaysia, Filipina, Polandia, Rumania, Rusia, Saudi Arabia, Singapura, Korea Selatan, Sri Langka, Taiwan, Uni Emirate Arab, Inggris, Vietnam dan Thailand. Selain itu Ersya mewakili teman-temannya mengungkapkan harapan semoga alat ini bisa memberikan manfaat untuk manusia.  ”Semoga alat yang kami ciptakan ini dapat bermanfaat khususnya bagi daerah pesisir yang memiliki keterbatasan air bersih. Selanjutnya alat ini dapat dikembangkan lagi,”pungkas Ersyah. (Sari)