MAHASISWA FIS UNY JUARA II OLIMPIADE TINGKAT NASIONAL SOCIAL MASTERPIECE

Mahasiswa Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS), Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY), Diah Nadiatul Jannah dan Falidah berhasil  meraih juara II dalam Olimpiade Tingkat Nasional Social Masterpiece kategori National Essay Competition yang diselenggarakan oleh HIMA (Himpunan Mahasiswa) Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Semarang belum lama ini.

Diah Nadiatul Jannah menjelaskan, Social Masterpiece tahun 2019 mengusung tema “Inovasi Pembelajaran IPS untuk Menyongsong Indonesia Emas 2045”. Kompetisi ini terdiri dari dua kategori perlombaan yaitu lomba National Essay Competition dan National Microteaching Competition. Terdapat 5 finalis dalam lomba esai tersebut yaitu dua finalis dari Universitas Negeri Semarang, dua finalis dari Institus Agama Islam Negeri Kudus, dan satu finalis dari UNY.

“Juara pertama Lomba Esai Social Masterpiece tahun 2019 diraih oleh kontingen dari Universitas Negeri Semarang yang mengusung tema inovasi teknologi informasi dalam mendukung media pembelajaran IPS, juara kedua diraih oleh Universitas Negeri Yogyakarta, dan juara ketiga diraih oleh Universitas Negeri Semarang dengan tema metode dan strategi pembelajaran IPS dalam meningkatkan kompetisi global” tuturnya.

Tim mahasiswa FIS UNY membuat esai dengan mengangkat isu tentang pentingnya kunjungan museum untuk peningkatan kompetensi guru IPS di Era Milenial. Kunjungan ke Museum dalam esai tersebut berfokus pada Museum Ullen Sentalu yang menampilkan budaya dan kehidupan bangsawan pada Dinasti Mataram serta koleksi berbagai macam batik.

“Kunjungan ke Museum Ullen Sentalu yang terletak di daerah Pakem, Kaliurang, Kabupaten Sleman tersebut dapat membantu guru dalam perumusan ide dan gagasan untuk menciptakan pembelajaran yang terpadu. Pembelajaran IPS yang terpadu selanjutnya akan disesuaikan dengan energi milenial agar mudah dipahami oleh peserta didik karena dikembangkan sesuai kemajuan zaman. Energi milenial dapat diperoleh dari pemaknaan beberapa tokoh yang ditampilkan di museum seperti Gusti Nurul” imbuhnya. (Eko)