MAHASISWA UNY ANGKAT PERMAINAN TRADISIONAL LUDO MENJADI MEDIA PEMBELAJARAN

Ludo merupakan permainan papan tradisional yang dimainkan secara bersama-sama. Namun, permainan ini sudah banyak ditinggalkan salah satunya karena kemajuan teknologi. Berangkat dari permasalahan ini, mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang terdiri dari Ravita Mega Saputri, Dina Naseha, Ikhtiyar Setiawan, Tri Utami, Maqrifa Wahyu. P kembangkan media pembelajaran Ludo Keberagaman (Dokar). Media ini dirancang untuk KD 3.4 dengan materi keberagaman yang ada di Indonesia pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VII.

Ravita Mega Saputri menjelaskan, Dokar adalah media yang dirancang untuk membantu proses pembelajaran PPKn di kelas. Tujuan dikembangkannya media Dokar ini adalah sebagai alat bantu untuk menyampaikan dan menyalurkan materi atau informasi kepada peserta didik sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat peserta didik. Media pembelajaran ini juga dapat memperkenalkan permainan tradisional dokar kepada peserta didik, meningkatkan civic skill, civic knowladge dan civic disposition peserta didik, dan memperkenalkan budaya-budaya yang ada di Indonesia baik pakaian, rumah adat, agama dan lain sebagainya.

Mahasiswa UNY tersebut menambahkan, pembuatan media ini diawali dengan menggambar empat kotak di atas papan karton sesuai pola papan ludo. Kemudian, menyiapkan kertas origami warna-warni untuk kemudian ditempel di kotak-kotak yang sudah selesai digambar. Langkah selanjutnya yaitu memotong kertas origami warna sesuai dengan pola pada kotak-kotak yang sudah digambar pada kertas karton kemudian diberi lem dan ditempel. Berikutnya, ketika pola Ludo sudah jadi selanjutnya dibuat papan yang terbuat dari triplek dengan ukuran panjang 70cm, lebar 60cm, dan tinggi tepi pembatas 5cm. Kemudian, menempelkan pola Ludo yang terbuat dari kertas karton pada papan triplek yang sudah jadi. Berikutnya adalah menyiapkan ornamen atau hiasan yang sesuai atau berkaitan dengan KD 3.4 lalu ditempelkan pada sisi yang ingin dihias. Terakhir adalah membuat dadu dengan kertas origami yang ditempelkan pada sterofoam.

Lebih lanjut, Ravita Mega Saputri, memaparkan langkah penggunaan media Dokar. Pertama, siswa dibagi menjadi empat kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa. Kedua, setiap kelompok diwakili satu orang untuk menukar dadu dan mengambil soal. Ketiga, soal yang diambil kemudian didiskusikan bersama dengan teman-teman satu kelompok. Keempat, jika kelompok berhasil menjawab soal dengan benar akan mendapatkan poin 10. Kelima, jika kelompok tidak bisa menjawab atau salah maka diberi poin 0. Keenam, penilaian dihitung dari jumlah poin yang dikumpulkan, meskipun ada kelompok yang mencapai finish duluan namun jumlah poin yang dikumpulkan lebih sedikit/tidak sebanyak dari kelompok lawan maka tetap dianggap kalah. Ketujuh, permainan ini dibagi menjadi dua babak yaitu babak penyisihan dan babak final. Kedelapan, kelompok yang menang di babak penyisihan akan di berhadapan kembali di babak final. Kesembilan, kelompok yang menang di babak final akan diberi hadiah. Kesepuluh, kelompok yang kalah akan diberikan hukuman berupa mennyanyikan lagu-lagu daerah atau lagu-lagu kebangsaan. (Eko)