Surono: Sangat Penting, Mitigasi Bencana masuk dunia Pendidikan

Dr. Surono Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementrian ESDM yang sering disebut “Mbah Rono” menyatakan bahwa saat ini pendidikan mitigasi bencana harus diterapkan dalam pendidikan formal mulai jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Hal tersebut disampaikan Surono dalam seminar “Urgensi Pendidikan Bencana di Indonesia” yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi dalam rangka Dies Natalis ke 47 UNY. Ditambahkannya, Indonesia merupakan Negara dengan potensi bencana alam yang besar. secara astronomis maupun secara administratif Indonesia terletak pada lokasi pertemuan tiga lempeng tektonik besar yaitu Eurasia, Hindia-Australia, dan Pasifik yang aktif dan saling bertumbukan, yang didukung oleh variasi konfigurasi relief dengan iklim tropis basah, sehingga menyebabkan tingginya tingkat kerawanan bencana endogen yang berasal dari dalam maupun bencana eksogen yang berasal dari luar bumi.

Konsekuensi karakteristik geologis, geomorfologis dan klimatis di wilayah Indonesia berpotensi menimbulkan multibahaya dan multirisiko bencana. Kondisi tersebut diperparah oleh tingginya jumlah dan kepadatan penduduk Indonesia dengan kesadaran dan pengetahuan tentang bencana yang masih relatif kurang. Diterangkan lebih jauh oleh Surono bahwa Multibahaya dan multirisiko bencana alam merupakan kondisi yang tidak dapat diubah, sehingga masyarakat yang hidup di kawasan rawan bencana memerlukan manajemen pengelolaan bencana secara tepat. Hal ini dilakukan agar dapat meminimalkan korban jiwa dan harta benda serta kerusakan lingkungan akibat bencana alam.

Ditegaskan “Juru Kunci Gunung Berapi Indonesia”- sebutan Surono oleh Masyarakat Indonesia- salah satu elemen penting dalam pengelolaan bencana adalah informasi mengenai bahaya dan risiko bencana. Informasi ini dapat dimanfaaatkan sebagai acuan baik dalam proteksi pra bencana (mitigasi dan kesiapsiagaan), penanganan darurat pada saat bencana, maupun pemulihan pasca bencana. Dia merasa prihatin informasi tentang kebencanaan terutama berkaitan dengan gunung berapi masih banyak dikaitkan dengan hal-hal yang irasional cenderung mistis dan pemikiran tersebut bahkan telah menjadi suatu norma adat dalam masyarakt tertentu. Ditambahkan Mbah Rono kemampuan berkomunikasi dengan melakukan infiltrasi terhadap kondisi suatu masyarakat sangat penting dalam menginformasikan tentang manajemen bencana.

Dalam kesempatan yang sama pada seminar tersebut dipaparkan juga tentang tinjauan kebencananaan secara konseptual dengan tinjauan akademik oleh Prof. Dr. Sari Bahagiarti, M.Sc pakar kebencanaan Yogyakarta. Selain itu dalam sesi yang sama  pada seminar tersebut ditawarkan model-model pendidikan kebencanaan yang mungkin diterapkan di sekolah-sekolah oleh Suhadi Purwantara pakar pendidikan Kebencanaan dari Jurusan Pendidikan Geografi UNY. Pada sesi berikutnya seminar ini mengupas tentang Standard Operational Procedure (SOP) mitigasi bencana di Indonesia yang disampaikan oleh Dr. Sunarto, akademisi dari UGM dan Subandriyo, M.Si dari BPPTK Yogyakarta.

Muhammad Nursa’ban, panitia penyelenggara seminar tersebut menyatakan bahwa seminar ini diharapkan menjadi embrio lahirnya pendidikan mitigasi bencana di Indonesia. Tindak lanjut kegiatan seminar ini yaitu diadakan lokakarya pada hari berikutnya oleh para pakar kebencanaan untuk memformulasikan konsep pendidikan kebencanaan dan bahan ajar yang dapat diadaptasikan dalam konteks di Indonesia. Salah seorang peserta seminar Andi Hidayat, guru Geografi SMA di Gunung Kidul menyatakan bahwa seminar dan lokakarya dengan tema kebencanaan sangat kontekstual dengan kondisi Negara Indonesia yang potensial terhadap bencana dan diperlukan oleh peserta didiknya di Sekolah. Dyah respati, dosen Jurusan Pendidikan Geografi yang turut aktif dalam seminar tersebut mengungkapkan bahwa semiloka ini merupakan ajang yang tepat mendesain model pendidikan kebencanaan, ditambahkannya perlu keterlibatan pihak lain dalam memperkuat pendidikan kebencanaan di Indonesia. (Sa’ban)