Membangun Karakter Lewat Rumah Kos

Berapa jam sehari waktu yang dihabiskan mahasiswa di kampus ? Rata-rata mungkin sekitar tujuh hingga delapan jam. Selebihnya mahasiswa akan menghabiskan waktunya di rumah atau di kos. Sebuah lingkungan paling personal yang dimiliki oleh para mahasiswa.
Wahyu Panca Hidayat, mahasiswa jurusan Pendidikan Sosiologi menangkap fenomena ini, dan menggunakannya sebagai alternatif pembentukan karakter mahasiswa. “Untuk membentuk karakter mahasiswa tidak cukup hanya melalui akademik dan organisasi, tetapi juga perlu melakukan kebiasaan-kebiasaan positif. Dan itu semua dapat dilakukan dengan penciptaan lingkungan yang kondusif di kos atau kontrakan mahasiswa”, ujar mahasiswa bertubuh mungil ini.
Pada dasarnya karakter bermula dari sebuah kebiasaan atau habits. Hal ini telah dibuktikan oleh penelitian beberapa praktisi maupun ahli pendidikan terkemuka. Awal mula habits yang baik ialah pada keluraga, sehingga pada umumnya anak yang sejak kecil hidup dalam lingkungan keluarga yang baik maka akan tumbuh pula sebagai anak yang berkarakter baik. Dengan logika yang sama, maka pengganti  rumah dan lingkungan keluarga para mahasiswa ialah rumah kos atau kontrakan.
Berangkat dari permasalahan itulah Wahyu Panca Hidayat menuangkan gagasannya dalam karya tulis dengaan judul “Program Pengembangan Bi’ah Sholihah Sebagai upaya Penyiapan Lulusan Perguruan Tinggi yang Religius, Cendekia dan Humanis”. Bersama rekannya, Arif Setiyadi yang menempuh pendidikan di Jurusan Pendidikan sejarah FISE UNY, karya tulis ini berhasil menyabet Juara 3 Musabaqah Karya Tulis Quran Universitas Negeri Yogyakarta (MKTQ UNY) tahun 2010 lalu.
Program Pengembangan Bi’ah Sholihah
”Program Pengembangan Bi’ah Sholihah adalah program bimbingan dan pembentukan jaringan antar rumah kos mahasiswa yang secara khusus dikelola oleh Perguruan Tinggi. Bi’ah Sholihah bertujuan untuk menyiapkan lulusan yang Religius, Cendekia dan Humanis. Program bimbingan diutama-kan pada pemberian motivasi mahasiswa untuk mau mengembangkan diri serta bersosialisasi dengan masyarakat”, ujar Panca, panggilan akrabnya.
”Sasaran utama program-program Bi’ah Sholihah adalah pembentukan kepribadian dan kepekaan sosial yang sangat dibutuhkan oleh lulusan Perguruan Tinggi. Sehingga saat Perguruan Tinggi berupaya membekali ilmu agar mahasiswa dapat memiliki kecerdasan intelektual dan kompetensi profesional, pada saat yang sama Bi’ah Sholihah  membentuk kepribadian dan kepekaan sosial Sosial melalui pedekatan Spiritual”, lanjut mahasiswa angkatan 2009 yang saat ini menjabat pula sebagai kepala departemen Kaderisasi UKMF Al-Ishlah FISE UNY.
Ia menambahkan pula bahwa banyaknya kasus-kasus amoral yang marak terjadi, karena tidak adanya kontrol dan program yang jelas di tiap-tiap rumah kos. Tentu saja hal ini berdampak buruk bagi pengembangan pendidikan. Harapannya dengan program ini selain mampu menjadi komplementer atau pelengkap pendidikan karakter yang terdapat di kampus, juga mampu untuk memacu mahasiswa agar lebih berprestasi.
Perlunya koordinasi kampus dengan pemilik rumah kos
“Program ini hanya bisa dijalankan apabila ada koordinasi yang jelas antara pihak kampus dengan pemilik rumah kos. Sebenarnya program ini sebagai alternatif ketiadaan asrama mahasiswa. Apabila FISE mampu mengawali adanya program ini, saya rasa FISE akan mampu menjadi pelopor pembangunan karakter mahasiswa yang integral”, ujar Panca ketika ditanya tentang harapannya ke depan atas karya tulisnya ini.[triyanto]